loading...

Monday 28 October 2019

7.260 Pelajar & Guru di Kapuas Pecahkan Rekor MURI Penghafal Juz 30 Terbanyak



Lantunan ayat suci Al Qur’an dengan nagham Bayati itu menggema di penjuru Masjid Al Mukarram Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah, Sabtu (19/10) malam. Sebanyak 7.260 pelajar dari berbagai tingkatan pendidikan, guru, serta kafilah Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Kabupaten Kapuas, sukses memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk penghafal juz 30 dengan jumlah terbanyak. 
Pemecahan rekor MURI dilakukan sebelum pembukaan MTQ tingkat Kabupaten Kapuas, Sabtu (19/10) malam. Turut menyaksikan pemecahan rekor tersebut, Kakanwil Kemenag Kalimantan Tengah H. Masrawan, Bupati Kapuas Ben Brahim S. Bahat, dan Kepala Kemenag Kapuas H. Ahmad Bahruni.
“Pemecahan rekor MURI ini sekaligus sebagai awal dimulainya program Tuntas Baca Tulis Al Qur’an  (TBTQ) di Kabupaten Kapuas,” ucap Bupati Kapuas Ben Brahim.
Kepala Kemenag Kapuas H. Ahmad Bahruni menuturkan, partisipasi itu bukan hanya untuk memecahan rekor nasional. Namun merupakan bentuk dukungan jajaran Kemenag Kapuas untuk meningkatnya kualitas baca tulis Al Qur’an di daerah itu.
“Membaca Al Qur’an adalah ibadah dan akan membawa berkah. Ribuan pelajar dan guru madrasah ikut dalam kegiatan ini agar kehidupan kita semakin berkah dan bermanfaat,” harap Bahruni.
Terpisah, Sekretaris LPTQ Kapuas  H. Suwarno Muriyat mengatakan, pemecahan rekor Muri   adalah bentuk apresiasi kemampuan pelajar  dalam baca tulis Al Qur’an. Kegiatan itu merupakan hasil kolaborasi pemerintah daerah dan Kementerian Agama.
“Ini titik awal pelaksanaan program tuntas baca tulis Al Qur’an di Kabupaten Kapuas,” beber H. Suwarno Muriyat.

Sunday 27 October 2019

KISAH PANGLIMA PERANG YANG DIPECAT KARENA TAK PERNAH BERBUAT KESALAHAN


Pada zaman pemerintahan Khalifah Syaidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara di medan perang. Baik pada saat beliau masih menjadi panglima Quraish, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim. Beliau adalah Jenderal Khalid bin Walid.

Namanya harum dimana-mana. Semua orang memujinya dan mengelu-elukannya. Kemana beliau pergi selalu disambut dengan teriakan, "Hidup Khalid, hidup Jenderal, hidup Panglima Perang, hidup Pedang Allah yang Terhunus." Ya! .. beliau mendapat gelar langsung dari Rasulullah SAW yang menyebutnya sebagai Pedang Allah yang Terhunus.

Dalam suatu peperangan beliau pernah mengalahkan pasukan tentara Byzantium dengan jumlah pasukan 240.000. Padahal pasukan muslim yang dipimpinnya saat itu hanya berjumlah 46.000 orang. Dengan kejeliannya mengatur strategi, pertempuran itu bisa dimenangkannya dengan mudah. Pasukan musuh lari terbirit-birit.

Itulah Khalid bin Walid, beliau bahkan tak gentar sedikitpun menghadapi lawan yang jauh lebih banyak.

Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna di bidangnya; ahli siasat perang, mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas.

Pada suatu ketika, di saat beliau sedang berada di garis depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Di dalam surat tersebut tertulis pesan singkat, "Dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid di pecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!"

Menerima khabar tersebut tentu saja sang jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk di dalam pikiran beliau kala itu.

Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera bersiap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya.

Sesampai di depan Umar beliau memberikan salam, "Assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! Saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya di pecat?"

"Walaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!" Jawab Khalifah.

"Kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?"

"Kamu tidak punya kesalahan."

"Kalau tidak punya kesalahan kenapa saya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?"

"Pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik."

"Lalu kenapa saya dipecat?" tanya Jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

Dengan tenang Khalifah Umar bin Khatab menjawab, "Khalid, engkau jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah kau pimpin, dan tak pernah satu kalipun kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjungmu. Tak pernah saya mendengar orang menjelek-jelekkan. Tapi, ingat Khalid, kau juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong''

''Seberat debu rasa sombong di dalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini kau saya pecat. Supaya engkau tahu, jangankan di hadapan Allah, di depan Umar saja kau tak bisa berbuat apa-apa!"

Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar.

Sambil menangis beliau berbisik, "Terima kasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!"

Bayangkan …. mengucapkan terima kasih setelah dipecat, padahal beliau tak berbuat kesalahan apapun. Adakah pejabat penting saat ini yang mampu berlaku mulia seperti itu? Yang banyak terjadi justru melakukan perlawanan, mempertahankan jabatan mati-matian, mencari dukungan, mencari teman, mencari pembenaran, atau mencari kesalahan orang lain supaya kesalahannya tertutupi.

Jangankan dipecat dari jabatan yang sangat bergengsi, 'kegagalan' atau keterhambatan dalam perjalanan karir pun seringkali tidak bisa diterima dengan lapang dada. Akhirnya semua disalahkan, sistem disalahkan, orang lain disalahkan, semua digugat.....bahkan hingga yang paling ekstrim.... Tuhan pun digugat..

Kembali ke Khalid bin Walid, hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi ke medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, dipimpin oleh mantan bawahannya kemarin.

Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima yang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah dipecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, "Ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat."

Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, "Saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah Umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah."

Semoga bermanfaat

Lagi, Kemenag Latih 50 Guru Instruktur Nasional



Kementerian Agama kembali melatih guru instruktur nasional. Sebanyak 50 guru MI dilatih dalam rangka meningkatkan kompetensi.
Sebanyak 40 guru berasal dari Sumatera Selatan, sisanya asal DKI Jakarta.  Mereka disiapkan sebagai Trainer of Training Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (ToT PKB) yang akan bertugas di daerahnya masing-masing. 
Kegiatan ToT PKB Guru MI ini berlangsung empat hari, 23-26 Oktober 2019. Kegiatan digelar dengan kerjasama antara Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah dengan Pusdiklat Teknis Tenaga Pendidikan dan Keagamaan. 
Hadir sebagai narasumber, unsur Ditjen Pendidikan Islam, Widyaiswara Utama Pusdiklat Teknis Tenaga Pendidikan dan Keagamaan, Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sumatera Selatan, Tim PKB Guru Nasional, Tim Inovasi, dan Tim TASS yang bekerjasama dengan Kedutaan Australia di Jakarta. 
"Dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 seluruh guru madrasah diminta wajib mampu meningkatkan mutu kompetensi dan kualitas keprofesiannya," tegas Direktur GTK Madrasah Suyitno, di Palembang, Jumat (25/10). 
Menurutnya, kegiatan ini bertujuan meningkatkan mutu para guru. Sebab, guru adalah mutu, dan mutu adalah guru. "Kalau tidak bermutu, bukan guru,” tuturnya. 
Lebih lanjut, Guru Besar UIN Raden Fatah ini juga menjelaskan bahwa pelaksanaan PKB Guru dilaksanakan secara masif di beberapa provinsi. Ini merupakan komitmen pemerintah pusat dalam meningkatkan mutu guru termasuk dalam program pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru (PPG).
"Guru harus responsif dalam penggunaan sistem informasi berbasis aplikasi online. Contohnya, seluruh guru madrasah diminta mampu mengakses Simpatika secara mandiri tanpa mendelegasikan kepada operator apalagi orang lain,” ucapnya. 
Hal ini penting, kata Suyitno, mengingat ke depan Direktorat GTK Madrasah akan merilis beberapa aplikasi yang terintegrasi dengan Simpatika. Misalnya, Epak, SimPKB dan AKG (Asesmen Kompetensi Guru).
Senada dengan Suyitno, Kepala Pusdiklat Teknis Tenaga Pendidikan dan Keagamaan, Mahsusi menyatakan, setiap guru harus terus mampu belajar karena tugasnya adalah menyinari bayang-bayang yang tidak jelas menjadi jelas. Ketika siswa tidak bisa menjadi bisa, siswa yang tidak tahu menjadi tahu. Oleh karena itu, setiap guru harus memiliki ketabahan hati dan kesabaran dalam melaksanakan proses pembelajaran di madrasah. Salah satu cara untuk merefresh guru adalah dengan pendidikan dan pelatihan (diklat).
"Diklat secara teori adalah subsistem agar sumber daya manusia tidak kadarluarsa. Artinya, tidak semua sistem yang diterapkan guru sepenuhnya sama dengan keinginan guru itu sendiri, namun sebaiknya guru mampu menyesuaikan dengan kebutuhan siswa yang saat ini telah menjadi generasi milenial," tegas Mahsusi.
"Diklat adalah salah satu cara untuk meminimalisasi gap antara kompetensi riil, menuju standar kompetensi ideal," sambungnya. 
Melalui pelaksanaan piloting PKB Guru MI, proses belajar mengajar di Madrasah Ibtidaiyah diharapkan bisa berjalan dengan baik, maksimal dan optimal, sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai perkembangan zaman. 

Friday 25 October 2019

Ini Pesan Presiden untuk Wamenag Zainut Tauhid Sa'adi


Wakil Menteri Agama, Zainut Tauhid Sa'adi (Foto: Fkusuma)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini melantik 12 Wakil Menteri (Wamenag) di Istana Negara, Jumat (25/10). Salah satu Wakil Menteri yang dilantik tersebut adalah Zainut Tauhid Sa'adi yang akan bertugas mendampingi Menag Jenderal (Purn) Fachrul Razi menakodai Kementerian Agama.
Usai dilantik, Zainut Tauhid Sa'adi yang saat ini menjabat Wakil Ketua Umum MUI langsung mengunjungi Kantor Kemenag di Jalan Lapangan Banteng Barat No 3-4 Jakarta Pusat. Masih mengenakan jas hitam serasi dengan kemeja putih dan dasi merah, kedatangan Zainut bersamaan dengan tibanya Menag Fachrul Razi di Kantor Kemenag. Ia pun disambut sejumlah pejabat eselon I dan II Kemenag. 
Kunjungan Zainut Tauhid Sa'adi ke Kantor Kemenag untuk kali pertama menjabat sebagai Wamenag ini didampinggi sang istri Halimah Salim dan tiga anaknya yakni, M Akbar Zulfickar, Najmi Mumtaza Rabbany dan Naila Shahnaz Aqiela, Jumat. Bersama Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan dan Kepala Biro Umum Kemenag Syafrizal, Zainut Tauhid Sa'adi pun meninjau ruangan Wamenag di Lt4 Kantor Kemenag.
Kepada Humas Zainut Tauhid Sa'adi menyampaikan pesan dan arahan Presiden Joko Widodo kepada dirinya dalam membantu tugas Menag Jenderal (Purn) Fachrul Rozi.
Pertama terkait peningkatan mutu pendidikan madrasah, pondok pesantren dan perguruan tinggi keagamaan lainnya. Menurut pria 56 tahun yang memiliki dua cucu ini, pendidikan mutu pendidikan tersebut sangat penting dalam rangka menciptakan SDM handal.
"Salah satu prioritas program Presiden untuk tahap kedua ini penekanannya pada aspek pengembangan dan peningkatan sumberdaya manusia. Beliau juga berpesan bagaimana meningkatkan mutu pendikan madrasah, pesantren dan pendidikan kegamaan lainnya melalui program kemitraan dengan dunia usaha. Sehingga anak didik memiliki keterampilan yang siap terjun di undia usaha," ujar politikus PPP ini.
Jadi pola-pola membangun kemitraan lanjutnya sangat diperlukan sekali.
Kedua, Presiden juga menyampaikan bagaimana pengembangan dakwah keagamaan agar bernar-benar sesuai tujuan yakni meningkatkan nilai-nilai keimanan dan ketakwaan. 
Pria kelahiran Jepara, Jawa Tengah, 20 Juli 1963 ini dakwah sejatinya mendorong ukuwah persaudaran, semangat persatuan dan sikap toleransi. 
"Presiden memberikan contoh saat ini sering kita mendengar ceramah maupun khotbah yang isinya bukan memberikan kesejukan dan pesan-pesan damai tapi justru yang disampaikan malah penuh dengan pesan provokatif. Ini perlu kita cermati agar jangan sampai dakwah tersebut membuat perpecahan umat Islam dan umat agama lainnya," ujar Zainut Tauhid.
"Ini menjadi perhatian Presiden dan meminta betul bagaimana meningkatkan kualitas paar dai yang tidak sekadar menyampaikan pesan-pesan agama namun memilikimkarifan dan semangat merangkul dan mabnagun semangat persaudaraan. Apalagi di era media sosial ini yang bila tidak dikelola dengan baik justru akan menimbulkan perpecahan umat," tandas Zainut Tauhid.

PIDATO PERTAMA UMAR BIN ABDUL AZIZ SETELAH DILANTIK JADI KHALIFAH



TATKALA Khalifah demi khalifah datang pergi silih berganti, disebut-sebutlah nama Umar bin Abdul Azir untuk menjadi penggantinya.

Nama Umar bin Abdul Aziz digadang-gadang menjadi calon khalifah yang baru.
Tapi apa kata Umar?

Umar Bin Abdul Aziz diangkat menjadi Khalifah pada dinasti Bani Umayyah, hari Jum’at tanggal 10 Shafar tahun 99 Hijriyah, menggantikan khalifah sebelumnya, Sulaiman Bin Abdul Malik.

Saat diumumkan di depan publik namanya disebut sebagai pengganti, seluruh hadirin pun serentak menyatakan persetujuannya. Tapi tidak dengan Umar. Sang Khalifah menangis terisak-isak. Ia memasukkan kepalanya ke dalam dua lututnya dan menangis sesunggukan.

Umar bin Abdul Aziz bahkan mengucapkan Inna lillahi wa Inna ilaihi raji’uun, bukannya Alhamdulillah atau mengadakan pesta, sebagaimana kebanyakan pejabat.

“Demi Allah, ini sama sekali bukanlah atas permintaanku, baik secara rahasia ataupun terang-terangan,” ujar cicit dari Khulafaur Rasyidin kedua Umar bin Khattab ini.

Di atas mimbar Umar Bin Abdul Aziz berpidato: “Wahai manusia, sesungguhnya aku telah dibebani dengan pekerjaan ini tanpa meminta pendapatku lebih dulu, dan bukan pula atas permintaanku sendiri, juga tidak pula atas musyawarah kaum muslimin. Dan sesungguhnya aku ini membebaskan saudara-saudara sekalian dari baiat di atas pundak saudara-saudara, maka pilihlah siapa yang kamu sukai untuk dirimu sekalian dengan bebas!”

Ketika semua hadirin telah memilihnya dan melantiknya, Umar berpidato dengan ucapan yang menggugah. “Taatlah kamu kepadaku selama aku ta’at kepada Allah. Jika aku durhaka kepada Allah, maka tak ada keharusan bagimu untuk taat kepadaku.”

“Aku bukan orang yang paling baik dikalangan kamu sedangkan aku cuma orang yang paling berat tanggungannya dikalangan kamu, aku mengucapkan ucapan ini sedangkan aku tahu aku adalah orang yang paling banyak dosa di sisi Allah.”

Usai berpidato, khalifah menangis kemudian melanjutkan, “Alangkah besarnya ujian Allah kepadaku.”

Jika kebanyakan pejabat berpesta ria saat kenaikan pangkat dan meraih kekuasaan, Umar bin Abdul Aziz malah banjir air mata karena takut pertanggungjawabanya di hadapan Allah pada hari kiamat kelak tak mampu dipikulnya.

Sikapnya tak hanya ditunjukkan di mimbar. Ia justru hidup dalam kezuhudan dan wara’. Ketika ia disodori kendaraan “dinas” yang supermewah berupa beberapa ekor kuda tunggangan, lengkap dengan kusirnya, Umar menolak, dan malah menjual semua kendaraan itu, lalu uang hasil penjualannya diserahkan ke Baitul Maal. Termasuk semua tenda, permadani dan tempat alas kaki yang biasanya disediakan untuk khalifah yang baru.

Dalam sejarah peradaban Islam disebutkan, Umar bin Abdul Aziz merupakan Khalifah Dinasti Umayyah yang membawa Daulah Umayyah mencapai puncak kejayaan. Menurut para ahli sejarah, gaya kepemimpinannyamirip dengan gaya kepemimpinan khulafaur Rasyidin. Dialah satu-satunya khalifah Bani Umayyah yang tidak dicela oleh para khalifah Bani Umayyah pada masa selanjutnya.

* dari berbagai sumber

Sunday 20 October 2019

NAMA - NAMA ISTERI RASULULLAH SAW dan ALASAN BELIAU MENIKAHINYA


Berikut nama-nama istri Rasulullah Saw, usia mereka dinikahi, usia Rasul menikahi, statusnya, kondisinya, serta alasan mengapa Rasul menikahinya.

1. Nama : Khadijah
Status : 2 kali janda
Usia Dinikahi : 40 thn
Usia Rasul : 25 thn
Kondisinya : Pengusaha, Keturunan Bangsawan, memiliki 4 anak dari pernikahan sebelumnya, memiliki 6 anak dari Rasulullah..
Alasan dinikahi: Petunjuk Allah SWT, karena dia adalah wanita tulus mendukung dakwah Nabi.

2. Nama : Aisyah ra
Status : gadis
Usia dinikahi : 11 tahun (tetapi tinggal serumah dengan Nabi setelah usia 19 tahun)
Usia Rasul : 52 tahun
Kondisinya :
Cantik, cerdas, putri Abu Bakar Ash-Shiddiq...
Alasannya :
petunjuk Allah SWT(lewat mimpinya 3 malam berturut-turut)...
hikmahnya :
Rasulullah mengajarkan tentang kewanitaan kepada Aisyah agar disampaikan kepada para umatnya kelak. Aisyah banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah yang disampaikan pada umat.

3. Nama : Saudah binti Zum’ah
Status : janda
Usia dinikahi : 70 thn
Usia Rasul : 52 thn
Kondisi :
Wanita kulit hitam, janda dari sahabat nabi yang menjadi perisai Nabi saat perang. Memilih 12 anak dari pernikahan dengan suami pertama...
Alasannya :
Menjaga keimanan Saudah dari gangguan kaum musyrikin

4. Nama : Zainab Binti jahsy
Status : Janda
Usia dinikahi : 45 thn
Usia Rasul : 56 thn
Kondisi :
Mantan zaid bin Haritsah...
Alasan :
Perintah Allah SWT bahwa pernikahan harus sekufu, Zainab adalah mantan istri anak angkatnya Rasulullah. Sekaligus menginformasikan bahwa anak angkat tidak bisa dijadikan anak kandung secara nasab. Maka istrinya tetap bukan mahrom untuk ayah angkatnya. Jadi boleh dinikahi.

5. Nama : Ummu Salamah
Status : Janda
Usia dinikahi : 62 thn
Usia Rasul : 56 thn
Kondisi :
Putri bibi Nabi, seorang janda yang pandai berpidato dan mengajar...
Alasan :
Perintah Allah SWT untuk membantu dakwah Nabi...

6. Nama : Ummu Habibah
Status : Janda
Usia dinikahi : 47 thn
Usia nabi : 57 tahun
Kondisi :
mantan istri Ubaidillah bin Jahsy, cerai karena suaminya pindah agama menjadi nashrani...
Alasan :
Untuk Menjaga keimanan Ummu Habibah agar tidak murtad...

7. Nama : Juwairiyyah bin Al-harits
Status : Janda
Usia dinikahi : 65 thn
Usia Nabi : 57 tahun
Kondisi :
Tawanan perang yang dinikahi oleh Rasulullah, tidak memiliki sanak saudara, dan memiliki 17 anak dari pernikahan yang pertama....
Alasan :
Petunjuk Allah SWT, memerdekakan perbudakan dan pembebasan dari tawanan perang dan menjaga ketauhidan..

8. Nama : Shafiyah binti hayyi
Status : 2 kali janda
Usia dinikahi : 53 thn
Usia Nabi : 58 tahun
Kondisi :
Wanita muslimah dari kalangan yahudi bani nadhir, memiliki 10 anak dari pernikahan sebelumnya...
Alasan :
Rasulullah menjaga keimanan shafiyyah dari boikot orang yahudi...

9. Nama :Maimunah Binti al-harits
Status : Janda
Usia dinikahi : 63 thn
Usia Nabi : 58 tahun
Kondisi :
Mantan istri Abu Ruham bin Abdul Uzza
Alasan :
Istri rasulullah dari kalangan yahudi bani kinanah. Menikah dengan Rasulullah adalah untuk menjaga dan mengembangkan dakwah di kalangan bani nadhir...

10. Nama : Zainab binti Khuzaimah
Status : Janda
Usia dinikahi : 50 thn
Usia Nabi : 58 tahun
Kondisi :
Seorang janda yang banyak memelihara anak yatim dan orang yang lemah di rumahnya. Mendapat gelar ibu para masakin...
Alasan :
Petunjuk Allah SWT untuk bersama2 menyantuni anak yatim dan orang lemah..

11. Nama : Mariyah Al-Qibtiyah
Status : Gadis
Usia dinikahi : 25 thn
Usia Nabi : 59 tahun
Kondisi :
Seorang budak yang dihadiahkan oleh raja muqauqis dari Mesir...
Alasan :
Menikahi untuk memerdekakan dari kebudakan dan menjaga keimanan mariyah

12. Nama : Hafsah binti umar
Status : Janda
Usia dinikahi : 35 thn
Usia Nabi :61 tahun
Kondisi :
Putri sabahat Umar bin Khattab. Janda dari Khunais bin Huzafah yang meninggal karena perang uhud...
Alasan :
Petunjuk Allah SWT . hikmah : Hafsah adalah wanita pertama yang hafal alqura’an. Dinikahi oleh rasulullah agar bisa menjaga keotentikan alquran...

Semoga hal ini menambah kecintaan kita kpd keluarga Nabi

Saturday 19 October 2019

RASA MALU SAYYIDAH FATIMAH RA


Suatu ketika Sayyidah Fatimah Azzahra putri tercinta Rasulullah ﷺ berada di depan rumah beliau, tiba-tiba ada janazah yang hendak di bawa kekuburan lewat di depan sayyidah Fatimah Azzahra.
Saat itu Sayyidah Fatimah bersama Sayyidah Asma binti khumaisy yang biasa menemani dan menghibur Sayyidah Fatimah setelah kepergian Rasulullah ﷺ.

Tiba-tiba saat itu Sayyidah Fatimah menangis tersedu-sedu hingga
membuat Sayyidah Asma panik lalu bertanya, “wahai putri Rasulullah, kenapa engkau menangis melihat janazah itu? ada apa dengan janazah itu?.”

Sayyidah fatimah menjawab, "setiap orang yang mati akan dibungkus dengan kain kafan yang rapat lalu akan di bawa kelokasi pemakaman dengan di panggul oleh orang-orang yang membawanya?.” (Dahulu sebelum adanya keranda mayat jika ada orang meninggal maka di saat di bawa ke kubur janazah di panggul di atas pundak orang-orang yang membawanya).
Sayyyidah Asma menjawab, “Tentu wahai putri Rasulullah?.”
Kemudian Sayyidah Fatimah melanjutkan, "Dan akupun kelak akan di bawa kekubur seperti itu?.”

Sayyidah Asma menjawab “Benar wahai putri Rasulullah."

Lalu Sayyidah Fatimah melanjutkan ”Itulah yang menjadikan aku menangis, sungguh aku sangat malu jika nanti aku meninggal kemudian di bungkus kain kafan dengan rapat lalu di angkat di atas punggung orang-orang yang membawaku kekubur, sementara orang yang mengiring janazahku akan melihatku, sungguh aku sangat malu karena saat itu mereka akan melihat lekuk-lekuk tubuhku."
Mendengar ungkapan Sayyidah Fatimah ini Sayyidah Asma berkata "wahai putri Rasulullah ﷺ, disaat aku ke negeri Habasyah aku melihat janazah yang di bawa kekubur, janazah diletakkan di sebuah tempat yang di sebut keranda, aku pikir itu bisa menutupi pandangan orang dari melihat lekuk tubuh janazah yang dibawa."

Mendengar cerita Sayyidah Asma ini tiba-tiba tangis Sayyidah Fatimah terhenti dan wajah beliau berubah berseri-seri sambil berkata ”wahai Asma sungguh aku berwasiat, jika aku mati nanti tolong buatkan aku keranda mayat seperti yang engkau ceritakan agar lekuk tubuhku tidak terlihat saat di bawa kekuburan."
Dan benar setelah Sayyidah Fatimah meninggal, maka di buatlah keranda mayat untuknya.

Yang perlu di cermati dari kisah ini adalah sifat mulia Sayyidah Fatimah yang senantiasa merasa malu jika ada yang melihat lekuk tubuhnya, meskipun disaat beliau sudah meninggal. Dan karena rasa malu yang dimiliki oleh Fatimah inilah menjadi rahasia, kenapa Sayyidah Fatimah menjadi wanita yang paling mulia dan dicintai Rasulullah ﷺ.

Semoga para pecinta sayyidah Fathimah Albatul binti Muhammad ArRasul, kelak dikumpulkan bersama Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam.

Tuesday 8 October 2019

HUKUMAN YANG TIDAK TERASA


Seorang murid mengadu kepada gurunya:

"Ustadz, betapa banyak kita berdosa kepada Allah dan tidak menunaikan hakNya sebagaimana mestinya, tapi saya kok tidak melihat Allah menghukum kita"

Sang Guru menjawab dengan tenang :

"Betapa sering Allah menghukummu tapi engkau tidak terasa"

"Sesungguhnya salah satu hukuman Allah yang terbesar yang bisa menimpamu wahai anakku, ialah:

Sedikitnya taufiq (kemudahan) untuk mengamalkan ketaatan dan amal amal kebaikan"

Tidaklah seseorang diuji dengan musibah yang lebih besar dari "kekerasan hatinya dan kematian hatinya".

Sebagai contoh:

Sadarkah engkau, bahwa Allah telah mencabut darimu rasa bahagia dan senang dengan munajat kepadaNya, merendahkan diri kepadaNya, menyungkurkan diri hanya kepadaNYA?

Sadarkah engkau tidak diberikan rasa khusyuk dalam shalat..?

Sadarkah engkau, bahwa  beberapa hari hari mu telah berlalu dari hidupmu, tanpa membaca Al-Qur'an, padahal engkau mengetahui kalau itu adalah firman atau perkataan penciptamu sebagaimana

Allah SWT berfirman:

لَوْ أَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْءَانَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَأَيْتَهُۥ خٰشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللَّهِ  ۚ  وَتِلْكَ الْأَمْثٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
lau anzalnaa haazal-qur`aana 'alaa jabalil laro`aitahuu khoosyi'am mutashoddi'am min khosy-yatillaah, wa tilkal-amsaalu nadhribuhaa lin-naasi la'allahum yatafakkaruun

"Sekiranya Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka berpikir."
(QS. Al-Hasyr 59: Ayat 21)

Tapi engkau tidak tersentuh dengan Ayat Ayat Al-Qur'an, seakan engkau tidak mendengarnya...

Sadarkah engkau, telah berlalu beberapa malam yang panjang sedang engkau tidak melakukan Qiyamullail di hadapan Allah, walaupun terkadang engkau begadang...

Sadarkah engkau, bahwa telah berlalu atasmu musim musim kebaikan seperti: Ramadhan.. Enam hari di bulan Syawwal.. Sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, dst.. tapi engkau belum diberi taufiq untuk memanfaatkannya sebagaimana mestinya..??

Hukuman apa lagi yang lebih berat dari itu..???
Ketika engkau merasakan beratnya mengamalkan banyak ketaatan amal ibadah..???

Allah menahan lidahmu untuk berdzikir, beristighfar, membaca al-quran dan berdo'a kepadanya..???

Terkadang engkau merasakan bahwa engkau lemah di hadapan hawa nafsu..???

Hukuman apa lagi yang lebih berat dari semua ini..???

Sadarkah engkau, malah yang di mudahkannya bagimu adalah bentuk bentuk kezdaliman mengunjing, mengumpat, mengadu domba, berdusta, memandang rendah orang lain serta senang melihat dan memandang kepada yang haram haram..???

Sadarkah engkau, bahwa Allah membuatmu lupa kepada Akhirat, lalu Allah menjadikan dunia sebagai perhatian terbesarmu dan ilmu tertinggi..???

Semua bentuk pembiaran tersebut dengan berbagai bentuknya yg melalaikan dirimu, seperti itulah beberapa bentuk hukuman Allah kepadamu, sedang engkau tidak menyadarinya...

Waspadalah, agar engkau tidak terjatuh ke dalam dosa dosa dan meninggalkan kewajiban kewajiban. Karena hukuman yang paling ringan dari Allah terhadap hambaNya ialah:

"Hukuman yang terasa"pada harta, istri atau anak, atau kesehatan.

Sesungguhnya hukuman terberat ialah: "Hukuman yang tidak terasa" pada kematian hati, lalu kita tidak merasakan nikmatnya ketaatan, dan tidak merasakan sakitnya dosa.

Karena itu perbanyaklah di sela sela harimu amalan kebaikan  dan beristighfar, semoga Allah Swt selalu  menghidupkan hati kita. Aamiin

Sunday 6 October 2019

Kemenag akan Gelar Konferensi Internasional Keagamaan dan Pendidikan

Kabadan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Abd. Rahman Mas'ud pada Press Conference 1st INCRE 2019 di Aula HM Rasjidi, Kementerian Agama Thamrin, J
Balitbang dan Diklat Kemenag akan menggelar konferensi internasional tentang keagamaan dan pendidikan atau International Conferece on Religion and Education (INCRE). Gelaran perdana ini akan berlangsung di Bintaro, Tangerang, 8-10 Oktober 2019.
Kepala Balitbang dan Diklat Kemenag, Abd Rahman Mas'ud mengatakan,  INCRE 2019 akan mempertemukan para tokoh agama dan pakar pendidikan dunia. Menurutnya, ada tiga tujuan dari pertemuan ini. Pertama, menguatkan sikap moderasi beragama sesama negara ASEAN melalui pendidikan agama.
Kedua,  merumuskan pemikiran tentang agama dan pendidikan agama yang mampu merespon tantangan dunia kotemporer. "Tujuan ketiga, mendialogkan berbagai pemikiran agama dan pendidikan agama dalam menjawab permasalahan kekinian," ujarnya di Jakarta, Jumat (04/10).
INCRE 2019 rencananya akan dibuka Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang juga akan menyampaikan Keynote speech. Dalam plenary session, akan hadir sejumlah narasumber, antara lain: Prof.Dr. Mounir Rousiss (Dekan Fakultas Ushuludin Universitas Zaitunah Tunisia), Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA (Guru Besar UIN Jakarta), Prof. Abd. Rahman Mas’ud, Ph.D. (Kepala Badan Litbang dan Diklat). Akan hadir juga narasumber dari 10 Negara ASEAN (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, Brunei, Timor Leste dan Philipina).
Kegiatan ini, lanjut Rahman, dilengkapi dengan presentasi 80 makalah terpilih dari kegiatan call for paper. Diperkirakan, akan hadir 120 peserta aktif dan 80 peserta undangan saat pembukaan.
“Target kegiatan ini adalah, pertemuan dan komunikasi tokoh umat beragama negara-negara ASEAN, terjadinya pertemuan gagasan dan pemikiran agama dan pendidikan dalam menjawab berbagai persoalan," tutur Kabadan. 
"Hasilnya adalah naskah naskah kerjasama antar negara ASEAN dalam pengembangan moderasi beragama dan pendidikan serta tersusunnya prosiding internasional yang terindeks global,” sambungnya.
Kepala Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan Amsal Bahtiar mengatakan INCRE 2019 merupakan perluasan dari kegiatan rutin konsultasi pemerintah dengan tokoh agama. Sejak 2010, Balitbang Diklat Kemenag menggelar pertemuan tingkat nasional guna membahas beberapa permasalahan seperti pendidikan, hisab rukyat, masalah haji, produk halal dan ekonomi umat. 
Pertemuan ini dikenal dengan “Halaqah Ulama Nasional”. Ada sejumlah tokoh ulama dan cendekiawan nasional yang terlibat, antara lain: KH Sahal Mahfudz (alm), KH Maemun Zubeir (alm), KH Tholhah Hasan (alm), KH Hasyim Muzadi (alm), Prof Malik Fajar, Prof. Dr. Azumardi Azra, KH Afifuddin, dan Prof, Dr. Kh Said Agiel Siroj.
Tahun 2015, bersamaan dengan pemberlakukan Mayarakat Ekonomi ASEAN (MEA), lanjut Amsal, kegiatan ini diperluas menjadi “Halaqah Ulama ASEAN”. Hadir sejumlah tokoh, di antaranya: Dr Norarfan (Brunei), Dr. Ahmad Kamil (Thailand), Dr. Ibrahim (Philipina), Dr. Khoirudin Al Juneid (Singapura), Dr. Farid Hosen (Kamboja) dan Mr. Than Than (Vietnam).
“Saat itu berbagai gagasan dibangun seperti gagasan pengarusutamaan model Islam moderat dalam lingkup ASEAN,” tuturnya. 
Seiring berjalannya waktu, ada pemikiran pertemuan tokoh agama dan tokoh pendidikan tidak hanya dari kalangan Islam tapi melibatkan tokoh agama dan pendidikan lintas agama. Tahun 2018 Forum Komunikasi ini menghasilkan gagasan untuk membangun komunikasi dan kerjasama lintas agama dalam memajukan pendidikan dan peradaban bersama.

Saturday 5 October 2019

Bagaimana Buku Agama Madrasah Disusun? Ini Dasar Filosofisnya


Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan saat memberikan arahan pada workshop penyusunan buku madrasah di Surabaya (foto: Istimewa)
Kemenag menggelar Workshop Penyusunan Buku Madrasah. Program yang digawangi Direktorat Kurikulum Sarana Kelembagaan dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah ini akan menyusun sejumlah buku pelajaran agama yang akan digunakan di madrasah.
Ada lima mata pelajaran agama di madrasah atau yang disebut dengan Dirasah Islamiyah. Kelimanya adalah Alquran Hadis, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab.
Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan mengatakan, Dirasah Islamiyah bisa dilihat dari tiga sudut pandang, yaitu: sebagai rumpun ilmu, bidang ilmu, dan spesialisasi ilmu. “Dirasah Islamiyah sebagai rumpun ilmu pada jenjang madrasah, dari MI sampai MA; sebagai bidang ilmu pada jenjang Strata 1, sedang sebagai spesialisasi ilmu pada S2 dan S3,” kata M Nur Kholis Setiawan di Surabaya, Kamis (03/10).
Menurutnya, lima mata pelajaran agama yang diajarkan di madrasah adalah ekstrak dari Dirasah Islamiyah dengan dasar filosofis sebagai berikut:
Pertama, Al-Quran Hadis. Mata pelajaran ini mengenalkan dan mengarahkan peserta didik pada sumber segala sumber. "Sumber kebenaran dari sudut pandang manapun adalah Alquran dan sunah," ujarnya.
Kedua, Fikih. Ini merupakan mata pelajaran yang mengajarkan intelektualitas, kreatifitas berpikir dan keberanian berpikir. Mata pelajaran Fikih bukan hanya hafalan, tetapi kreatifitas berpikir. Fikih juga mengajarkan toleransi dan menghargai pendapat. "Karena dalam fikih tidak bisa dielakkan adanya varian perbedaan pendapat," jelasnya.
Ketiga, Akidah Akhlak. Mata pelajaran ini menanamkan pondasi agar siswa tidak terjebak ekstrimisme, baik kiri (liberalisme) maupun kanan (radikalisme). "Ada keseimbangan antara moraliras dan intelektualitas," jelasnya.
Keempat, Sejarah Kebudayaan Islam. Mata pelajaran ini hendak memberikan contoh. Ketika Alquran hadis mengajarkan sumber kebenaran, fikih mengajarkan intelektualitas, kreatifitas dan keberanian berpikir, maka Sejarah Kebudayaan Islam menyajikan contoh kehidupan masa lalu.
“Apa yang sudah dipraktikkan oleh para ulama. Tokoh-tokoh ilmuan Islam tidak pernah tabu berbeda pendapat, meski hubungan guru murid. Apa yang disuguhkan dalam SKI adalah contoh peradaban Islam, ada toleransi, kreatifitas berpikir, kebebasan berpikir, tetapi pada saat yang sama ada ketawadhuan (akhlak),” papar M Nur Kholis Setiawan.
Kelima, Bahasa Arab. Ini menjadi sumber utama Islam karena Alquran berbahasa Arab. Bahasa Arab diajarkan dalam rangka menggali kebenaran dari sumber kebenaran, juga dalam rangka mengkaji metode berpikir para ulama. 
“Bahasa Arab yang diajarkan di Madrasah, juga di pesantren adalah bahasa peradaban klasik. Materi Bahasa Arab sekarang hendaknya dimasukkan bahasa arab modern, sebagai modal pergaulan dunia,” tambah M Nur Kholis Setiawan.
Terakhir, M Nur Kholis Setiawan menyampaikan bahwa pada RPJMN 2020, Kementerian Agama menjadi leading sector dalam penguatan Moderasi Beragama. Untuk itu, buku yang disusun harus selaras dengan penguatan moderasi beragama sejak dini.