loading...

Wednesday 19 June 2019

10 MUTIARA YANG BAKAL HILANG


Sewaktu Rasulullah SAW sakit, terlontar satu pertanyaan kepada malaikat Jibril as :

"Wahai Jibril... Apakah kamu akan turun ke bumi setelah aku tiada...?
Malaikat jibril menjawab :
"Masih Yaa Rasulullah, aku akan turun ke bumi untuk mengambil 10 Mutiara hidup sepeninggal diri engkau.
Rasulullah saw bertanya lagi :
“Mutiara apakah yang akan kamu ambil...?"
Malaikat Jibril as jawab :

(الأَوَّلُ) أَرْفـَعُ البـَرَكَةَ مِـنَ الأَرْضِ
Mutiara pertama yang akan aku ambil dari muka bumi adalah : BARAKAH (Keberkahan).

( وَالثـََّانىِ) أَرْفَـعُ المَحـَبَّةَ مـِنْ قُلُـوْبِ الخَـلْقِ
Mutiara Kedua adalah : RASA CINTA (Mahabbah) yang bersemayam dihati manusia.

(وَالثـََّالِـثُ) أَرْفَـعُ الشـُّفْـقـَةَ مِنْ قُلُـوْبِ الأَقـاَرِبِ
Mutiara Ketiga adalah : RASA KASIH SAYANG diantara keluarga (kasih sayang diantara keluarga semakin menipis).

(وَالرَّابـِعُ) أَرْفـَعُ العـَدْلَ مِنَ الأُمَراَءِ
Mutiara ke empat adalah : KEADILAN di hati para pemimpin.

(وَالخـاَمِسُ) أَرْفَـعُ الحَـياَءَ مـِنَ النِّـساَءِ
Mutiara Kelima adalah : RASA MALU yang ada dihati para wanita. "(Banyak Berkata, berpenampilan, dan bersikap yang tidak pantas)."

(وَالسـَّادِسُ) أَرْفَـعُ الصـَّبْرَ مِـنَ الفُقَـراَءِ
Mutiara Ke Enam adalah : RASA SABAR orang-orang fakir.

(وَالسـَّابِـعُ) أَرْفَـعُ الـوَرَعَ وَالزُهْـدَ مِنَ اْلعـُلَمـاَءِ
Mutiara Ketujuh adalah : WARA' dan ZUHUD dari para ulama." (Wara' adalah sangat berhati-hati menjaga diri dari yang syuhbat dan yang haram, sedangkan zuhud itu (Hati) yang tidak mementingkan harta-dunia, kedua-duanya merupakan ciri seorang ulama. Jika wara' dan zuhud telah hilang dari ulama maka nilai jati dirinya tergores)."

(وَالثََّـامِـنُ) أَرْفَـعُ السَّـخاَءَ مِنَ الأَغْنـِياَءِ
Mutiara Kedelapan adalah : KEDERMAWANAN 0rang-0rang kaya.

(وَالتـَّاسـِعُ) أَرْفَـعُ القــُرْآنَ
Mutiara Kesembilan adalah : MENGANGKAT AL-QUR'AN. (menghilangkan Ruh/ khasiyah al-Qur’an itu sendiri sebagai panduan dalam kehidupan).

(العـاَشِـرُ) أَرْفَـعُ الإِيْمـاَنَ
Mutiara (yang akan aku ambil dari muka bumi) yang kesepuluh adalah : IMAN.

Itulah mutiara² yang paling berharga, bila satu persatu hilang dari masing² kita, maka itu namanya kiamat kecil, tapi bila hilang satu persatu di tengah² seluruh umat manusia, maka itulah awal kiamat besar, oleh karena itu selagi masih ada nafas kehidupan kita, mari masing² menjaga mutiara yang paling berharga dari kepunahan. https://www.facebook.com/Ahmad-Zuhud-Rijal-442356149656402/

Subhanalloh. Semoga kita di tetapkan Iman, Islam dan Ihsan sampai ajal menjemputnya dan semoga Rahmat dan hidayahNya selalu mengertai kita semua. Amiin Ya Rabbal Alamiin

~Kitab Nur al-Abshar,karya asy-Syabalnji.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ...

Monday 17 June 2019

Hari ini, Lebih 4000 Santri Ikuti Seleksi Beasiswa di 34 Provinsi



Kementerian Agama hari ini, Selasa (18/06), menggelar seleksi Program Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) tahun 2019 untuk pilihan studi di perguruan tinggi dalam negeri.
“Seleksi PBSB tahun ini diikuti 4.160 santri. Seleksi secara serentak dilaksanakan di 34 propinsi,” jelas Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (PD Pontren) Ahmad Zayadi di Jakarta.
Ada 170 kuota PBSB 2019. Jumlah itu tersebar di 18 perguruan tinggi mitra, yakni: UIN Jakarta (dengan kuota penerimaan sebanyak 9 santri), UIN Bandung (10 santri), UIN Yogyakarta (20 santri), UIN Semarang (10 santri), UIN Malang (11 santri), UIN Surabaya (20 santri), UIN Makassar (14 santri), IPB Bogor (15 santri), ITS Surabaya (8 santri), UGM Yogyakarta (7 santri), Uncen Jayapura (8 santri), UPI Bandung (8 santri), UAI Jakarta (5 santri), UNDIP Semarang (5 santri), Ma’had Aly As’adiyah Sengkang (5 santri), Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Jombang (5 santri), Ma’had Aly Kebon Jambu Cirebon (5 santri), dan Ma’had Aly Salafiyah Syafi’iyah Situbondo (5 santri).
Menurut Zayadi, tes PBSB menggunakan Computer Based Test (CBT). Ada lima sessi tes, yaitu: tes potensi akademik, tes bahasa dan kepesantrenan, tes kemampuan bidang studi, tes tahfizh Alquran khusus bagi yang mendaftar di UIN Malang, serta tes membaca kitab kuning dan hafalan 100 bait nazhom alfiyah. 
“Tes baca kitab dan hafalan Alfiyah khusus bagi santri yang mendaftar pada Ma’had Aly. Tes ini akan digelar pada tanggal 19 Juni 2019,” tutur Zayadi.
Berdasarkan data Direktorat PD Pontren, lanjut Zayadi, santri yang mendaftar pada Ma’had Aly hanya berasal dari 16 provinsi. Ke-16 propinsi tersebut adalah, 1) Aceh, 2) Sumatera Utara, 3) Sumatera Barat, 4) Riau, 5) Jambi, 6) Sumatera Selatan, 7) Lampung, 8) DKI Jakarta, 9) Jawa Barat, 10) Jawa Tengah, 11) Jawa Timur, 12) Banten, 13) Bali, 14) Nusa Tenggara Barat, 15) Sulawesi Selatan, dan 16) Sulawesi Tenggara. 
“Hasil seleksi akan diumumkan secara online pada Juli mendatang. Santri yang dinyatakan lulus harus segera melengkapi pemberkasan pada Kanwil Kemenag Provinsi masing-masing untuk melakukan legalisir dan pelengkapan administrasi lainnya,” ujar Zayadi. 
“Mereka selanjutnya akan mengikuti matrikulasi sesuai jadwal yang ditetapkan perguruan tinggi mitra,” lanjutnya.
PBSB dan Perluasan Akses
Ahmad Zayadi menambahkan, PBSB menjadi bagian dari afirmasi Kemenag dalam memperluas akses santri untuk mendapatkan kesempatan belajar di Perguruan Tinggi terbaik. Kebijakan ini didasarkan pada fakta posisi strategis pesantren dalam ikut mencerdaskan dan menjaga kedamaian kehidupan bangsa.
"Peran besar pesantren berkontribusi dalam peningkatan akses partisipasi pendidikan masyarakat telah diakui semua pihak. Namun hal ini perlu ditindaklanjuti dengan usaha untuk meningkatkan mutu dan kapasitas kelembagaaan pendidikan, bahkan terhadap komunitas pesantren, khususnya santri,” terangnya.
PBSB sudah berjalan selama 14 tahun sejak 2005. Total sudah ada 4.736 santri yang mendapat kesempatan kuliah melalui PBSB. Dari jumlah itu, 3.673 santri sudah menyelesaikan kuliahnya, dan masih ada 1.063 santri yang sedang berproses di sejumlah perguruan tinggi.
“Alumni PBSB banyak berkiprah di banyak bidang. Selain di pesantren, tidak sedikit dari mereka yang kini berkarir di pemerintahan, kedutaan besar, dosen, dan banyak juga yg menempuh pendidikan jenjang magister dan doktoral baik di dalam maupun luar negeri,” tutur Zayadi.
Ke depan, Zayadi berharap, alumni PBSB menjadi generasi tangguh, berakhlak mulia, damai, toleran dan mampu berkomunikasi dengan siapapun dengan cara-cara yang makruf. Mereka juga bisa menjadi tonggak keberlanjutan pesantren di provinsi masing-masing. 
Menurut Zayadi, sebagai santri generasi milenial, mereka kelak akan mengembangkan potensi pesantren dengan bekal pemahaman dan penguasaan ilmu agama (tafaqquh fiddin) serta penentuan maslahat kemanusiaan (tafaqquh fii mashalihil kholqi) di masa depan. "Alumni PBSB diharapkan lebih responsif dan mampu mentransformasikan keberagamaan dan kemanusiaannya sebagai bentuk solusi terhadap persoalan-persoalan dalam konteks kekinian," pesan Zayadi.

Thursday 13 June 2019

KETIKA NABI MUSA SAKIT GIGI


بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Dalam kitab Kifayatul Awwam, dihikayatkan atau dikisahkan bahwa Nabi Musa Alaihi sallam pernah sakit gigi. Beliau mengadukan rasa sakitnya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala Lalu Allah Subhanahu Wa Ta'ala  memerintahkan Nabi Musa untuk mengambil sejenis rumput di tempat yang telah ditentukan untuk diletakan di atas giginya yang sakit. Nabi Musa Alaihisallam melaksanakan apa yang diperintahkan, dan rasa sakitnya pun hilang seketika.

Suatu hari sakit gigi Nabi Musa Alaihisallam  kambuh. Tanpa pikir panjang, Nabi Musa langsung mengambil rumput yang dahulu pernah dikabarkan oleh ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala. Akan tetapi sakit gigi Nabi Musa malah bertambah parah.

Maka Nabi Musa pun mengadu kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan memohon pertolongan-Nya:

“Wahai Tuhan-ku, bukankah Engkau pernah memberitahukanku untuk berobat dengan rumput itu? Mengapa sekarang rumput itu tidak dapat menyembuhkanku?”

Allah Subhanahu Wa Ta'ala mendengar aduan Nabi Musa. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, “Wahai Musa, Akulah yang memberi kesembuhan, memberi kesehatan, memberi manfaat dan memberi malapetaka. Dahulu ketika engkau sakit, engkau langsung mengingat-Ku dan meminta tolong kepada-KU maka Aku hilangkan penyakitmu. Namun kini, ketika engkau sakit, engkau tidak segera berharap kepada-Ku,  engkau berharap dan meminta pertolongan kepada rumput itu, maka Aku pun tidak menghendaki rumput itu bermanfaat untuk gigimu“.

Dari kisah ini, kita dapat memahami bahwa segala kebaikan, keburukan, manfaat dan bahaya, itu semua ada dalam kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Maka sepatutnya kita sebagai hamba Allah untuk tidak bergantung kepada siapa pun selain Allah Subhanahu Wa Ta'ala, tidak berharap dan takut kepada siapa pun kecuali Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Wallahu A'lam bishowab 🙏

🍃 Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda :"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala."
(HR. Al-Bukhari)

۞  أللهم صلِ على سيدنا محمدٍ وعلى آلِ سيدنا محمد ۞

Allahumma Shalli 'Alaa Sayyidina Muhammad Wa 'Alaa Aali Sayyidina Muhammad.

Tuesday 11 June 2019

SANG JENDERAL & AL-QUR'AN : KISAH NYATA


Suatu sore, thn 1525 di sebuah Penjara di Spanyol, suasana di situ terasa hening mencengkam.

Jendral Adolfo Roberto, pemimpin penjara yg terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.

Setiap sipir penjara membungkukkan badannya serendah mungkin ketika 'Algojo Penjara' itu berlalu di hadapan mereka.

Karena kalau tidak, sepatu 'Jungle' milik tuan Roberto itu akan mendarat di wajah mereka.

Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar suara seseorang membaca Ayat2 Suci Alqur'an yang amat ia benci.

"Hai ... hentikan suara jelekmu ! Hentikan ...!!!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakkan mata.

Namun apa yang terjadi ?
Lelaki di kamar tahanan tadi tetap saja membaca & bersenandung dengan khusyu'nya

Roberto bertambah berang.

Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yg sempit.

Dgn congak ia meludahi wajah renta sang tahanan yg keriput hanya tinggal tulang.

Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dgn rokoknya yg menyala.

Sungguh ajaib ...! tak terdengar secuil pun keluh kesakitan.

Bibir yg pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo.

Bibir keringnya hanya berkata lirih, "Robbi, wa-ana 'abduka ..."

Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata,
"Bersabarlah wahai ustadz ... Insya Allah tempatmu di Syurga."

Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya.

Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai.

"Hai orang tua busuk...!!
Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu ?!
Aku tidak suka apapun yang berhubungan dengan agamamu....!!!"

Sang Ustadz lalu berucap, "Sungguh ... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah SWT.

Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemui-Nya.

Maka patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk ?

Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk orang2 yg zhalim".

Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya.
Laki-laki itu terhuyung-huyung.
Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah.

Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'Buku Kecil'.

Adolfo Roberto bermaksud memungutnya.

Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat.

"Berikan buku itu, hai laki-laki dungu !", bentak Roberto.

"Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini !", ucap sang ustadz dgn tatapan menghina pada Roberto.

Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu.

Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah.

Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati.

Namun tidak demikian bagi Roberto.

Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus.

Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur.

Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran.

Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh

Mendadak algojo itu termenung dan berkata dalam hatinya :
"Ah ... sepertinya aku pernah mengenal buku ini.
Tapi kapan ??
Ya, aku pernah mengenal buku ini." suara hati Roberto bertanya-tanya.

Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu.

Jenderal berumur 30an tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu.

Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu.

Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol.

Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustadz yang sedang sakarat melepas nafas-nafas terakhirnya.

Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam.

Mata Roberto rapat terpejam.

Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang di alaminya sewaktu masih kanak-kanak dulu.

Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto.

Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini.

Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia).

Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa.

Beribu-ribu jiwa kaum muslimin yg tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia.

Di ujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi.

Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara.

Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib.

Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap.

Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua.

Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan.

Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang Ummi (ibu) yang sudah tak bernyawa, sembari menggayuti abaya hitamnya.

Sang bocah berkata dengan suara parau,
"Ummi.. ummi.. mari kita pulang. Hari sudah malam.
Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ....?
Ummi, cepat pulang ke rumah ummi ..."

Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya.

Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa.

Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah.

Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi ... Abi ... Abi ..."

Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam.

"Hai ... siapa kamu?!" teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah.

"Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi ..." jawab sang bocah memohon belas kasih.

"Hah ... siapa namamu bocah ??
Coba ulangi !!!"
bentak salah seorang dari mereka

"Saya Ahmad Izzah ..." sang bocah kembali menjawab dengan rasa takut.

Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah.

"Hai bocah ...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek.
Aku benci namamu.
Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus.
Namamu sekarang 'Adolfo Roberto' ...
Awas !
Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu.
Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu.

Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata.

Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar dari lapangan Inkuisisi.

Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka.

Roberto sadar dari renungannya yang panjang.

Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan.

Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz.

Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu.

Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, "Abi... Abi ... Abi ..!!."

Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu.

Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya.

Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapaknya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya.

Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bagian pusarnya.

Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah.

Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini.

Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut,

"Abi ... aku masih ingat alif, ba, ta, tsa ..."

Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya.

Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya.

Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat orang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya.

"Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu ..."

Terdengar suara Roberto memelas.

Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya.
Air matanya pun turut berlinang.

Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini.

Sungguh tak masuk akal.

Ini semata-mata bukti kebesaran Allah.

Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap.
"Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy.
Belajarlah engkau di negeri itu".

Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Dua Kalimah Syahadat..!

Beliau pergi menemui Robbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang di bumi yang fana ini.

Beberapa tahun kemudian....

Ahmad Izzah telah menjadi seorang Ulama Besar di Mesir.

Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya.

Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru kepadanya ... Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy

Firman Allah swt :

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS. 30:30)

Semoga Kisah Nyata ini menjadi Iktibar bagi kita, untuk berfikir, bersikap, bertindak, dan berpihak kepada Kebenaran yang Hakiki. Karena Harta, Pekerjaan, Pengaruh, Pangkat, Jabatan, dan Kesenangan Hidup di Dunia ini, hanya sesaat...

Wallahu a'lam bishawab..

Thursday 6 June 2019

BAGAIMANA ENGKAU MEMANDANG GURUMU?


Al Imam Ali bin Hasan al Aththas RA mngatakan:

ﺍﻥ ﺍﻟﻤﺤﺼﻮﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﺍﻟﻔﺘﺢ ﻭﺍﻟﻨﻮﺭ ﺍﻋﻨﻲ ﺍﻟﻜﺸﻒ ﻟﻠﺤﺠﺐ، ﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﺍﻻﺩﺏ ﻣﻊ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻭﻋﻠﻰ ﻗﺪﺭ ﻣﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻛﺒﺮ ﻣﻘﺪﺍﺭﻩ ﻋﻨﺪﻙ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻚ ﺫﺍﻟﻚ ﺍﻟﻤﻘﺪﺍﺭ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﻏﻴﺮ ﺷﻚ

“Memperoleh ilmu, futuh dan cahaya (maksudnya terbukanya hijab2 batinnya), adalah sesuai kadar adabmu bersama gurumu. Kadar besarnya gurumu di hatimu, maka demikian pula kadar besarnya dirimu disisi Allah tanpa ragu".

(al Manhaj as Sawiy: 217)

Imam Nawawi hendak belajar kepada gurunya, beliau selalu bersedekah di perjalanan dan berdoa, “Ya Allah, tutuplah dariku kekurangan guruku, hingga mataku tidak melihat kekurangannya dan tidak seorang pun yg menyampaikan kekurangan guruku kepadaku".

(Lawaqih al Anwaar al Qudsiyyah: 155)

Beliau pernah mengatakan dalam kitab At Tahdzibnya:

ﻋﻘﻮﻕ ﺍﻟﻮﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﻤﺤﻮﻩ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ ﻭﻋﻘﻮﻕ ﺍﻻﺳﺘﺎﺫﻳﻦ ﻻ ﻳﻤﺤﻮﻩ ﺷﻲﺀ ﺍﻟﺒﺘﺔ

“Durhaka kepada orang tua dosanya bisa hapus oleh taubat, tapi durhaka kepada ustazmu tidak ada satupun yg dapat menghapusnya".

Habib Abdullah al Haddad mengatakan, “Paling bahayanya bagi seorang murid, adalah berubahnya hati gurunya kepadanya. Seandainya seluruh wali dari timur dan barat ingin memperbaiki keadaan si murid itu nescaya tidak akan mampu kecuali gurunya telah redha kembali".

(Adaab Suluk al Murid: 54)

Seorang murid sedang menyapu madrasah gurunya, tiba2 Nabi Khidir mendatanginya. Murid itu tidak sedikitpun menoleh dan mengajak bicara Nabi Khudhir. Maka Nabi Khidhir berkata, “Tidakkah kau mengenalku?"
Murid itu menjawab, “Ya aku mengenalmu, engkau adalah Abul Abbas al Khidhir ".
Nabi Khidhir berkata, “Kenapa kamu tidak meminta sesuatu dariku?".
Murid itu menjawab, “Guruku sudah cukup bagiku, tidak tersisa satupun hajat kepadamu".

(Kalam al Habib Idrus al Habsyi: 78)

Al Habib Abdullah al Haddad berkata, “Tidak sepatutnya bagi penuntut ilmu mengatakan pada gurunya, “perintahkan aku ini, berikan aku ini!", kerana itu sama saja menuntut untuk dirinya. Tapi sebaiknya dia seperti mayat di hadapan orang yg memandikannya".

(Ghoyah al Qashd wa al Murad: 2/177)

Para ulama ahli hikmah mengatakan, “Barangsiapa yang mengatakan ‘kenapa?' kepada gurunya, maka dia tidak akan bahagia selamanya".

(Al Fataawa al Hadiitsiyyah: 56)

Para ulama hakikat mengatakan, "70% ilmu itu diperoleh sebab kuatnya hubungan antara murid dengan gurunya".

Semoga kita semua termasuk murid yang baik dan mendapat berkah dari guru kita. Amin...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ...

Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,:
“Demi Allah, satu orang dapat hidayah dari Allah Swt sebab karenamu, maka itu lebih baik dari unta-unta merah (harta-perhiasan).” [HR Bukhari & Muslim]

Monday 3 June 2019

RASULULLAH SAW : "APA YANG KAMU SUKA DIDUNIA INI?"


Pada suatu hari Rasulullah SAW duduk bersama sahabatnya & bertanya kepada mereka. Bermula di tanyakan kepada Sayyidina Abu Bakar RA:
"Apa yg kamu suka dari dunia ini?" Dan berkatalah Sayyidina Abu Bakar RA.

"Aku suka dari dunia ini 3 perkara:
1. Duduk-duduk bersamamu ya Rasulullah.
2. Melihat wajahmu ya Rasulullah.
3. Aku korbankan hartaku untukmu ya Rasulullah".

Lalu Rasulullah SAW bertanya pada sayyidina Umar RA. "bagaimana pula denganmu ya Umar?"

Jawab Sayyidina Umar RA "ada 3 perkara juga yang aku suka:
1. Membuat kebaikan walaupun dalam keadaan manusia tidak mengetahuinya.
2. Mencegah kemungkaran wlaupun dalam keadaan terang-terangan.
3. Berkata yang benar walaupun pahit".

"Dan bagaimana pula denganmu wahai Utsman?"

Berkata Sayyidina Utsman RA. "ada 3 perkara yang aku suka:
1. Memberi makan.
2. Memberi salam.
3. Sholat malam di waktu manusia tidur".

"Bagaimana pula dengan kamu wahai Ali ?"

"Aku juga cinta 3 perkara:
1. Memuliakan tamu.
2. Berpuasa di musim panas.
3. dan memukul musuh dengan pedang".

Kemudian Rasulullah SAW bertanya pada Sayyidina Abu Dzar RA.

"Apa yang kamu suka di dunia ini?" berkata Sayyidina Abu Dzar RA

"Aku suka 3 perkara di dunia ini:
1. Lapar.
2. Sakit.
3. Mati".

Kemudian Rasulullah bertanya, "Kenapa wahai Abu Dzar?"

Berkata Sayyidina Abu Dzar RA.
"Aku suka lapar kerana untuk membersihkan hati.
aku suka sakit kerana untuk mengurangi dosaku.
aku suka mati kerana untuk bertemu tuhanku".

Kemudian bersabdalah Rasulullah SAW "Aku cintakan dari dunia ini 3 perkara:
1. Wangi2an.
2. Wanita yang solehah.
3. Sholat menjadi penyejuk mataku".

Kemudian di waktu itu turunlah malaikat Jibril AS memberi salam pada rasulullah SAW & para sahabat.

Kemudian malaikat Jibril mengatakan "aku suka di dunia kamu ini 3 perkara" :
1. Menyampaikan risalah.
2. Menunaikan amanah.
3. Cinta terhadap orang miskin".

Kemudian malaikat Jibril naik ke langit & turun sekali lagi ke bumi & berkata "Sesungguhnya Allah SWT mengucapkan salam kepada kamu semua & Allah SWT berkata sesungguhnya Allah suka pada dunia kamu ini 3 perkara:
1. Lidah yang sentiasa berzikir.
2. Hati yang sentiasa khusyuk.
3. Jasad yang sabar menanggung Ujian.

Subhanallah... Semoga kelak kita bersama Rasulullah SAW dan Para sahabatnya dan mendapat Ridho Allah serta surganya dengan tanpa hisab. Aamiin...

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ...

Pemerintah Tetapkan 1 Syawal 1440H, Jatuh pada 5 Juni 2019


Menag beri keterangan pers usai Sidang Isbat 1 Syawal 1440H (Foto: Romadanyl)
Pemerintah menetapkan 1 Syawal 1440H jatuh pada hari Rabu, 5 Juni 2019. Hal ini disampaikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin usai memimpin sidang isbat, di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kementerian Agama, Jakarta. 
Menurut Menag, Sidang Isbat yang dihadiri para ahli falakiyah, perwakilan ormas Islam dan perwakilan duta besar negara sahabat menyepakati keputusan tersebut karena dua hal. 
"Pertama, kita telah mendengar paparan Tim Falakiyah Kemenag yang menyatakan tinggi hilal di seluruh Indonesia dibawah ufuk, yaitu berkisar dari minus satu derajat 26 menit sampai dengan minus nol derajat lima menit," kata Menag. 
Dengan posisi demikian, maka hilal tidak dimungkinkan untuk dilihat. Hal ini selanjutnya terkonfirmasi oleh pernyataan para perukyah yang diturunkan Kemenag. 
"Kita mendengar laporan dari sejumlah perukyah hilal bekerja di bawah sumpah, terdiri dari provinsi Aceh hingga Papua. Ada 33 perukyah yang ada, tidak ada satu pun yang melihat hilal," ujar Menag yang didampingi Ketua Komisi VIII DPR Ali Taher dan Ketua MUI Yusnar Yusuf. 
Pada tahun ini, menurut Menag, Kemenag melakukan pemantauan hilal pada 105 titik yang tersebar di seluruh Indonesia. 
"Maka sebagaimana kaidah yang berlaku, dengan dua alasan tersebut, maka bulan Ramadan tahun ini digenapkan 30 hari," tegas Menag. 

Saturday 1 June 2019

BEBERAPA MANFAAT LAPAR


Mungkin Anda bertanya, “Mengapa ada keutamaan dalam lapar? Bukankah lapar hanya membuat lambung sakit?”

Orang yang meminum obat, lalu penyakitnya sembuh, lalu menganggap kesembuhan itu datang dari sifat pahit obat, sehingga ia meminum semua yang rasanya pahit, tentu saja ia salah kaprah. Akan tetapi, nilai manfaat obat ada pada sifat-sifat khususnya, yang hanya diketahui oleh para dokter.

Berikut ini akan saya jelaskan beberapa manfaat dari lapar:

Pertama, lapar bisa membersihkan hati, menyalakan bakat, dan menghidupkan mata batin. Ibnu Abbas mengatakan, “Siapa yang makan lalu tidur, hatinya menjadi keras.” Asy-Syibli menyatakan, “Setiap kali aku lapar karena Allah, aku senantiasa melihat di dalam hatiku ada sebuah pintu hikmah dan ibrah terbuka, yang sebelumnya belum pernah kulihat.”

Kedua, lapar melembutkan hati dan menjernihkannya. Dengan hati yang lembut dan jernih, seseorang akan siap mendapatkan kenikmatan dalam beribadah dan tersentuh oleh zikir. Hati yang lembut karena merasakan kelezatan dalam beribadah adalah faktor utama yang memudahkan pemikiran dan pencarian ilmu pengetahuan. Al-Junaid—rahimahullah—mengatakan, “Ada seseorang menempatkan kantong berisi makanan di dadanya, kemudian dia ingin mendapatkan manisnya munajat.” Bagaimana mungkin?

Ketiga, lapar melahirkan ketundukan dan melenyapkan kedurhakaan. Selama belum pernah menyaksikan kehinaan dan kelemahannya sendiri, seseorang tidak bisa melihat keagungan dan kemahakuasaan Tuhan. Ketika dunia dan seisinya ditawarkan kepada Nabi Shalallahu alaihi waalihi wa shahbihi wa salam., beliau menjawab, “Tidak. Aku akan menahan lapar sehari lalu makan sehari. Jika aku lapar, aku akan bersabar dan berdoa kepada-Nya; dan jika aku kenyang, aku akan bersyukur.”

Keempat, lapar mengingatkan pada cobaan dan azab Allah. Orang yang kenyang biasanya melupakan orang yang lapar. Sementara itu, orang yang cerdas ketika haus akan teringat pada kehausan yang menimpa semua makhluk di Padang Mahsyar, dan ketika lapar akan teringat pada kelaparan yang menerpa para penghuni neraka. Ketika para penghuni neraka itu kelaparan, mereka diberi makan dari pohon yang berduri dan zaqqum, dan diberi minum air yang sangat dingin dan cairan tembaga. Nabi Isa a.s. pernah ditanya, “Mengapa engkau lapar, padahal di tanganmu terdapat perbendaharaan bumi?” Ia menjawab, “Aku takut kenyang sehingga lupa kepada orang lapar.” Jadi, lapar bisa melahirkan sifat welas, kedermawanan, dan iba kepada sesama makhluk Allah.

Kelima, lapar bisa mematahkan nafsu untuk berbuat maksiat dan menundukkan nafsu penyeru kepada keburukan (ammarah bi al-su). Aisyah r.a. mengatakan, “Bid’ah pertama yang terjadi sesudah wafatnya Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam adalah kenyang.” Dzun Nun mengatakan, “Setiap kali aku kenyang, aku senantiasa bermaksiat atau mempunyai niat untuk: melakukannya.” Semua kemaksiatan yang dilakukan oleh anggota badan ditimbulkan oleh energi yang berasal dari kenyang.

Keenam, lapar bisa menahan kantuk dan memudahkan untuk beribadah malam. Sebaliknya, kebanyakan makan bisa menyia-nyiakan umur. Dan meskipun tidur bisa ditundukkan, lalu seseorang mengerjakan shalat tahajud, orang yang kekenyangan tidak akan mendapatkan kelezatan dalam beribadah.

Ketujuh, lapar memudahkan seseorang untuk tekun beribadah. Dengan menahan lapar, seseorang tidak akan disibukkan oleh urusan jual beli bahan makanan, memasak, dan bolak-balik ke kamar mandi. Sari As-Saqathi mengatakan, “Aku melihat Ali Al-Jurjani mempunyai sawiq (bubur dari tepung gandum) dan ia memakannya tanpa kuah. Lalu kutanyakan kepadanya, Apa yang membuatmu melakukan ini?’ Ali menjawab, ‘Antara mengunyah roti dan menyantap sawiq ada selisih waktu sebanyak 70 bacaan tasbih. Aku sendiri sudah 40 tahun tidak mengonsumsi roti.'” Lihatlah bagaimana beliau sangat berhati-hati dalam mengatur waktunya agar tidak hilang hanya untuk mengunyah roti. Puasa, iktikaf, dan menjaga diri tetap dalam keadaan berwudhu merupakan keuntungan yang sangat besar yang bisa dilakukan dengan mudah oleh orang yang makan sedikit. Abu Sulaiman Ad-Darani mengatakan, “Siapa yang makan hingga kenyang, ada enam dampak negatif baginya. Ia kehilangan manisnya beribadah, tidak mampu lagi memelihara hikmah, berkurang rasa ibanya kepada sesama, ibadah terasa berat baginya, dan bertambah nafsunya. Dampak terakhir, saat orang-orang mukmin beraktivitas di masjid, ia justru sibuk beraktivitas di sekitar tempat sampah dan toilet.”

Kedelapan, lapar bisa menyehatkan badan dan mencegah datangnya penyakit karena lambung adalah habitat bagi berbagai penyakit. Hadis Nabi Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam menyatakan, “Berpuasalah maka kalian akan sehat.“Jadi, puasa dan sedikit makan menyehatkan badan dan hati.

Kesembilan, sedikit makan meringankan biaya hidup. Para bijak mengatakan, “Sesungguhnya aku memenuhi sebagian besar kebutuhan hidupku dengan mengabaikannya (tidak memenuhinya) sehingga lebih melegakan hatiku.”

Kesepuluh, sedikit makan memungkinkan seseorang untuk menyedekahkan kelebihan makanan sehingga pada Hari Kiamat nanti ia dinaungi oleh sedekahnya.

Semoga kita dapat mengamalkan kemanfaatan ini sehingga mendapat Berkah dan kelak mendapat Syafaat Nabi Muhammad SAW. Amin...

~Bab Mukhlikat Ihya ‘Ulum al-Din karya Al Habib Umar bin Hafidz.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ...