loading...

Wednesday 22 November 2017

Percakapan Jibril. AS dengan Rasulullah SAW Sebelum Wafat

WAHAI Jibril, apakah kau turun lagi ke dunia sepeninggalku? tanya Rasulullah di saat Jibril menengok beliau sebelum wafat.

Jibril a.s. menjawab : “Ya, wahai rasul, aku akan turun kedunia sepuluh kali untuk mengangkat sepuluh mutiara dari bumi”.

Rasul bertanya lagi : “Apa yang kau angkat dari bumi ?”.

Jibrilpun menerangkan :

Pertama, aku mengangkat “berkat” dari bumi.

Kedua, aku mengangkat “rasa cinta” dari hati manusia

Ketiga, aku mengangkat “rasa kasih sayang” dari hati manusia terhadap keluarga dekatnya.

Keempat, aku mengangkat “keadilan” dari para penguasa / umara.

Kelima, aku mengangkat “rasa malu” dari para wanita.

Keenam, aku mengangkat “kesabaran” dari para fakir- miskin.

Ketujuh, aku mengangkat “wara’”dan “zuhud” dari para ulama.
Kedelapan, aku mengangkat “kedermawanan” dari orang-orang kaya.

Kesembilan, aku mengangkat “al Qur’an”.
Kesepuluh, aku mengangkat “Iman”.

Demikian riwayat yang disebut Asy-Syekh Mukmin bin Hassan Mukmin Asy-Syabalanji dalam kitabnya yang berjudul “Nurul-Abshar”, hal 58.

Mari kita renungkan akan zaman dan masa dimana kita berada sekarang ini; sudah berapa kali kira-kira Jibril a.s. turun ke dunia sepeninggal Nabi Muhammad saw, dan sudah sampai nomor berapa kira-kira mutiara bumi yang diangkat oleh Jibril a.s.

Ada Gubernur Masuk Daftar Orang Miskin, Hanya Punya Satu Baju, Ini Orangnya

Menjadi pemimpin dalam sebuah wilayah pemerintahan tentu menjadi salah satu hal yang sangat membanggakan.
Bahkan banyak di antara mereka yang rela melakukan apa saja demi mendapatkan kursi di pemerintahan.
Pada era kini, jabatan tinggi menjadi salah satu modal untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Karena tidak bisa dipungkiri jika menduduki sebuah jabatan, pasti akan mendapatkan gaji yang sebanding dengan apa yang menjadi tanggungjawabnya, belum lagi ada alokasi dana taktis, komisi dari berbagai proyek atau ucapan terima kasih dari pengusaha karena telah memperlancar urusan bisnis mereka atau membagi proyek terhadap rekanan --meski dibantah, tak pelak adanya persenan tersembunyi.
Namun tidak demikian dengan gubernur yang satu ini. Ia justru masuk dalam deretan masyarakat miskin yang harus mendapat bantuan.
Hidupnya susah bahkan tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Siapakah dia? Berikut ulasannya.
Seperti diviralkan infoyunik.com, ternyata gubernur tersebut tidak hidup di zaman kini.
Dia hidup pada zaman Khalifah Umar bin Khattab.
Nama gubernur yang ternyata terdaftar ke dalam warga miskinitu ialah Said bin Amir al-Jumhi.
Kisah ini bermula ketika khalifah Umar bin Khattab berniat untuk menggantikan gubernur Syam yang lama yaitu Muawiyah dengan Said.
Berkatalah Umar kepada Said, “"Aku ingin memberimu amanah menjadi gubernur”. Akan tetapi pada awalnya Said menolak tawaran tersebut dengan alasan takut terjerumus ke dalam sebuah fitnah.
Said berkata, “Jangan kau jerumuskan aku ke dalam fitnah, wahai Amirul Mukminin.
Kalian mengalungkan amanah ini di leherku kemudian kalian tinggal aku.”
Pada saat itu Umar mengira bahwa Said menginginkan gaji, akan tetapi hal tersebut dibantah oleh Said.
Umar tetap bersikeras untuk menjadikan Said sebagai gubernur, maka untuk menunjukkan ketaatannya terhadap khalifah, maka dirinya menerima permintaan tersebut dan diangkatnya ia menjadi gubernur.
Hingga pada akhirnya berangkatlah said beserta keluarganya ke Syam untuk menjalankan amanah barunya.
Pada suatu masa, Said terlilit sebuah kebutuhan yang memerlukan uang.
Akan tetapi, di dalam rumahnya tidak ada uang pribadi yang bisa dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Sementara itu di kota Madinah, Umar mendapatkan utusan yang berasal dari Syam.
Mereka datang dengan tujuan untuk melaporkan beberapa kebutuhan dan urusan mereka sebagai rakyat yang dipimpin oleh khalifah Umar bin Khattab.
Setelah menerima tamu tersebut, Umar berkata kepada mereka “Tuliskan nama-nama orang miskin di tempat kalian.”
Mereka pun menuliskan nama-nama orang miskinyang ada di kota Syam.
Betapa terkejutnya Umar setelah menerima tulisan tersebut, sebab menemukan nama Said yang menjadi salah satu orang miskin di kota itu.
“Apakah ini Said gubernur kalian?”
“Ya, itu Said gubernur kami.”
“Dia termasuk daftar orang-orang miskin?” tanya Umar lagi mempertegas.
“Benar, dan demi Allah sudah beberapa hari di rumahnya tidak ada api (tidak memasak).”
Mengetahui kenyataan tersebut membuat Umar menangis hingga janggutnya basah dengan air mata.
Setelah itu, dirinya mengambi 1.000 dinar dan menaruhnya ke dalam kantong kecil seraya berkata, "Sampaikan salamku, dan katakan kepadanya, Amirul Mukminin memberi anda harta ini, supaya anda dapat menutup kebutuhan anda!”
Lalu, pulanglah utusan tersebut ke Syam dan mereka mendatangi Said dengan membawa kantong tersebut.
Betapa terkejutnya Said saat mengetahui bahwa kantong yang diterimanya berisi uang dinar.
Kemudian ia meletakkan uang tersebut dan menjauh sambil berkata, "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un," seolah-olah ia tertimpa musibah dari langit atau ada suatu bahaya di hadapannya.
Hal ini membuat sang istri keluar dengan wajah kebingungan sambil berkata “Ada apa, wahai Sa’id?
Apakah Amirul Mukminin meninggal dunia?"
“Bahkan lebih besar dari itu,” timpal Sa'id.
“Apakah orang-orang Muslim dalam bahaya?”
“Bahkan lebih besar dari itu.”
“Apa yang lebih besar dari itu?”
“Dunia telah memasuki diriku untuk merusak akhiratku, dan fitnah telah datang ke rumahku.”
Istrinya berkata, “Bebaskanlah dirimu darinya.” Saat itu istrinya tidak mengetahui tentang uang-uang dinar itu sama sekali.
“Apakah kamu mau membantu aku untuk itu?” tanya Sa'id.
“Ya,” kata sang istri. Setelah mendapatkan jawaban dari sang istri, Said kemudian mengambil uang dinar tersebut dan memasukkannya ke dalam kantong, lalu menyuruh sang istri untuk membagikannya kepada penduduk yang fakir.
Tidak lama berselang, datanglah Umar ke negeri Syam tersebut untuk melihat keadaan.
Ketika singgah di tempat tugas Said, betapa terkejutnya Umar mengetahui banyaknya keluhan dari rakyat mengenai kinerja dari gubernur mereka tersebut.
Setelah mendengar aduan dari rakyat, maka Umar langsung mengambil langkah cepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak berlangsung lama.
Maka diadakanlah pertemuan akbar antara Said sebagai gubernur dengan rakyatnya yang merasa kecewa.
“Ya Allah, jangan Engkau kecewakan prasangka baikku selama ini kepadanya (kepada Said),” kata Umar mengawali.
Umar kemudian bertanya di hadapan penduduk.
“Apa yang kalian keluhkan dari gubernur kalian?”
Mereka menjawab, “Ia tidak keluar kepada kami kecuali jika hari telah siang.”
“Apa jawabmu tentang hal itu, wahai Sa’id?” kata Umar.
Sa'id terdiam sebentar, kemudian berkata,
“Demi Allah, sebenarnya aku tidak ingin menjawab hal itu. Namun, kalau memang harus dijawab, sesungguhnya keluargaku tidak mempunyai pembantu. Maka setiap pagi aku membuat adonan roti, kemudian menunggu sebentar sehingga adonan itu mengembang. Kemudian aku buat adonan itu menjadi roti untuk keluargaku, selesai itu aku berwudhu dan baru keluar rumah menemui penduduk.”
"Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” tanya Umar.
Mereka menjawab, “Sesungguhnya, ia tidak menerima tamu pada malam hari.”
“Apa jawabmu tentang hal itu, wahai Sa’id?”
“Sesungguhnya, Demi Allah, aku tidak suka untuk mengumumkan ini juga. Aku telah menjadikan waktu siang hari untuk rakyat dan malam hari untuk Allah Azza wa Jalla,” jawab Sa'id.
“Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?” tanya Umar lagi.
Mereka menjawab, “Sesungguhnya ia tidak keluar menemui kami satu hari dalam sebulan.”
“Dan apa ini, wahai Sa’id?”
Sa'id menjawab, “Aku tidak mempunyai pembantu, wahai Amirul Mukminin. Dan aku tidak mempunyai baju kecuali yang aku pakai ini, dan aku mencucinya sekali dalam sebulan. Dan aku menunggunya hingga baju itu kering, kemudian aku keluar menemui mereka pada sore hari.”
“Apa lagi yang kalian keluhkan darinya?”
Mereka menjawab, “Ia sering pingsan, hingga ia tidak tahu orang-orang yang duduk di majelisnya.”
“Dan apa ini, wahai Sa’id?”
Sa'id menjawab, “Aku menyaksikan meninggalnya sohabat Khubaib bin Adi Al-Anshari di Mekah. Kematiannya sangat tragis di tangan orang-orang kafir Quraisy. Mereka menyayat-nyayat dagingnya kemudian menyalibnya di pohon kurma. Orang Quraisy itu meledek, “Khubaib, apakah kamu rela jika Muhammad sekarang yang menggantikanmu untuk disiksa?” Khubaib menjawab, “Demi Allah, kalau saya berada tenang dengan keluarga dan anakku, kemudian Muhammad tertusuk duri sungguh aku tidak rela.” Ketika itu aku masih dalam keadaan kafir dan menyaksikan Khubaib disiksa sedemikian rupa. Dan aku tidak bisa menolongnya. Setiap ingat itu, aku sangat khawatir bahwa Allah tidak mengampuniku untuk selamanya. Jika ingat itu, aku pingsan.”
Seketika itu Umar berkata, “Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakan prasangka baikku kepadanya.”
Setelah mendengar jawaban tersebut, Umar kemudian memberikan uang sebanyak 1.000 dinar kepada Said. Ketika melihat uang tersebut, istrinya berkata kepada Said, “Segala puji bagi Allah yang telah membebaskan kami dari pekerjaan berat untukmu. Belilah bahan makanan dan sewalah seorang pembantu."
Akan tetapi, bukannya mengikuti anjuran dari istrinya, Said justru menyuruh istrinya untuk membagikan uang tersebut kepada orang yang lebih membutuhkan. Seperti kepada janda, anak yatim, orang-orang miskin dan fakir.
Demikianlah informasi mengenai nama gubernur yang termasuk dalam daftar orang miskin pada zaman Khalifah Umar bin Khattab.
Meskipun Said menjabat sebagai gubernur, akan tetapi ia lebih memilih membiarkan dirinya hidup dalam kemiskinan daripada harus memakan uang rakyatnya.
Tidak hanya itu, ia juga sosok yang senantiasa mendahulukan kepentingan orang lain dibanding kepentingannya sendiri.

Nasehat Rasulullah untuk Para Suami

Para wanita riuh mengerumuni kediaman Nabi Muhammad SAW. Mereka beramai-ramai mengadukan satu hal yang serupa, kelakuan para suami. Mereka ingin menyampaikan keluhan kepada manusia terbaik itu. Sebabnya, kala itu Umar bin Khattab RA mengadukan kelakukan wanita yang semakin berani terhadap para suami.
Lewat hadis yang diriwayatkan Imam Abu Daud dengan sanad sahih ini, Rasulullah SAW lantas bersabda, "Sungguh telah banyak wanita yang mendatangi keluarga Muhammad untuk mengadukan suaminya. Mereka itu (para suami) bukanlah orang-orang yang terbaik di antara kalian semua."
Wanita salehah adalah sebaik-baik perhiasan dunia. Karakter wanita memang spesial. Maka, diperlukan juga perlakuan yang amat spesial. Dan, sebaik-baik lelaki yang memperlakukan istrinya adalah Rasulullah SAW. Beliau SAW bersabda, "Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR Tirmidzi)
Memperlakukan wanita, terutama istri, mestilah dengan cara terbaik. Ada beragam pertimbangan untuk menyampaikan sesuatu kepada wanita. Ada pertimbangan rasa, ada momentum psikis, ada karakter, hingga soal kondisi fisik. Memperlakukan sebaik-baik perhiasan dunia, tentu harus dengan cara yang terbaik pula.
Mari kita mencontoh dari seorang lelaki, suami, dan ayah terbaik yang memperlakukan wanita dengan sikap terbaik. Rasulullah SAW senantiasa memberikan wasiat agar berbuat baik kepada kaum wanita. Lelaki hendaknya berlemah lembut serta berbuat baik kepada wanita sebab kondisi mereka. Terlebih lagi, seorang suami tak bisa lepas dari peran istri. Seorang yang bisa mengurus semua kebutuhan sang lelaki. Allah SWT berfirman, "Dan bergaullah dengan mereka secara patut (dengan cara yang baik)... " (QS an-Nisaa [4] :19)
Perbuatan yang makruf, bukan sekadar baik bisa diejawantahkan dalam bentuk tutur kata yang baik. Perbaiki pula segala tindak tanduk lelaki saat berhadapan dengan wanita. Abu Hurairah RA merekam nasihat Rasulullah SAW soal cara yang ahsan dalam menasihati wanita. Rasulullah SAW bersabda, "Sampaikanlah pesan kebaikan kepada kaum wnaita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah bagian atasnya. Jika kalian ingin meluruskannya, maka kalian mematahkannya, jika kalian biarkan saja, niscaya ia akan tetap bengkok." (Muttafaq 'Alaih).
Syekh Salim bin Id Hilali dalam Syarah Riyadhush Shalihin mengungkapkan kandungan dari hadis agung di atas. Pertama, hendaknya seorang lelaki bersikap lemah lembuh kepada kaum wanita kerena kelemahan mereka dan kelemahan akal mereka. Wanita mungkin tidak akan selamanya lurus dalam suatu keadaan. Karenanya, hendaknya para lelaki menyesuaikan diri agar kehidupan rumah tangga bisa harmonis.
Wanita digambarkan diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Sifat ini tak bisa dimungkiri. Maka, jangan sekali-kali seorang lelaki memaksakan kehendaknya kepada wanita. Karena jika ia bersikeras meluruskannya, tulang tersebut akan patah. Namun, jika seorang lelaki memilih jalan nabi, bersabar dan menerima segala kekurangannya, maka wanita akan menjadi partner hidup yang sempurna. Sadari dan terima kekurangan, kelemahan akal dan perangainya serta kebengkokan-kebengkokan lainnya.
Dengan menyadari kondisi wanita secara psikologis tersebut, mudahlah seorang lelaki untuk menyesuaikan diri. Untuk bersikap terbaik, berusaha mengejar akhlak mulia yang dicontohkan Sang Baginda SAW.
Janganlah para lelaki membenci semua yang ada pada wanita bersebab pada kelemahan yang ada padanya. Bisa jadi seorang wanita memiliki kekurangan. Amat mungkin banyak kekurangan. Namun, di balik kekurangan, pastilah terdapat kelebihannya. Mari, sekali lagi kita simak anjuran Nabi SAW. "Janganlah seorang mukmin laki-laki memarahi seorang mukminat. Jika ia merasa tidak senang terhadap satu perangainya, maka ada perangai lain yang dia sukai." (HR Muslim).
Usahlah membenci seseorang dengan benci yang amat besar. Usahlah jua mencintai seseorang dengan cinta yang amat dahsyat. Umar bin Khattab RA pernah menasihati Aslam soal membenci dan mencintai yang ideal. Berkatalah Umar, "Wahai Aslam janganlah cintamu menjadikan dirimu bergantung dan janganlah kebencianmu mengakibatkan kehancuran."
Aslam lantas bertanya, "Bagaimana hal itu bisa terjadi?" Umar menjawab, "Jika kamu jatuh cinta, maka jangan sampai cinta membuatmu tergantung sebagaimana bayi bergantung pada apa yang dicintainya. Dan jika kamu membenci, maka jangan sampai kebencianmu itu menjadikanmu ingin merusak dan membinasakan temanmu."
Nasihatilah wanitamu karena Dia semata. Gunakanlah akal sehat dan kendalikan perasaan dan emosi agar baik segalanya. Wanita berada dalam kebaikan dan keburukan sehingga ia tidak akan bisa lurus pada satu keadaan. Luruskan dengan nasihat yang amat baik nan makruf.

Ini Alasan Mengapa Jibril Menangis dan Ketakutan

Jibril AS memiliki kedudukan yang agung di sisi Allah SWT, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya Aquran itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril) yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai ‘Arsy yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya.” (QS. at-Takwir:19-21). Meskipun sedemikian agung kedudukannya di sisi Allah SWT, Jibril senantiasa takut apabila suatu hari kehilangan rida Allah SWT.
Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran bahwa Umar bin Khathab ra meriwayatkan rangkaian pembicaraan yang berlangsung antara Rasulullah SAW dengan Jibril AS. Suatu hari Jibril menemui Rasulullah SAW dan menyampaikan kabar kedahsyatan neraka.
Jibril berkata, “Neraka itu hitam pekat, bunga apinya tidak dapat meneranginya, nyalanya tidak dapat dipadamkan. Demi Dzat yang mengutusmu dengan benar, wahai Muhammad, seandainya sebesar lubang jarum dibuka dari jahanam, niscaya seluruh yang ada di permukaan bumi mati karena panasnya.”
“Demi Dzat yang mengutusmu dengan hak, seandainya penjaga neraka jahanam menampakkan dirinya kepada penghuni bumi, niscaya semua orang yang ada di muka bumi ini mati, karena begitu buruk mukanya dan begitu busuk baunya!”
"Demi Dzat yang mengutusmu dengan hak, seandainya satu mata rantai penghuni neraka, yang diterangkan Allah dalam Kitab-Nya yaitu surah Al-Haqqah ayat 32. Dan belitlah ia dengan rantai yang panjangnya 70 hasta dan diletakkan di atas gunung-gunung dunia, niscaya akan hancur berkeping-keping bahkan bumi pun ikut hancur.”
“Cukup!” kata Rasulullah SAW kepada Jibril, “Agar hatiku tidak gemetar yang mengakibatkan kematianku.” Jibril pun menangis. Ketika melihatnya menangis Rasulullah bertanya keheranan, “Mengapa engkau menangis, wahai Jibril, sedangkan engkau punya kedudukan mulia yang dianugerahkan Allah kepadamu?”
Jibril menjawab, “Bagaimana aku tidak menangis. Aku lebih berhak menangis. Siapa tahu Allah Yang Maha Mengetahui, kelak aku memperoleh kedudukan yang bukan sebagaimana kedudukanku saat ini. Aku tidak tahu, mungkinkah aku diuji sebagaimana iblis. Dulu ia berasal dari golongan malaikat. Aku tidak tahu, mungkin aku diuji sebagaimana Harut dan Marut.” Dan Rasulullah pun ikut menangis.
Kedua makhluk tersebut terus menangis hingga Allah SWT mengutus seorang malaikat kepada keduanya seraya berkata, “Wahai Jibril, wahai Muhammad! Sesungguhnya Allah SWT menjamin kalian dari kemungkinan melakukan kedurhakaan kepada-Nya.” Maka keduanya pun merasa tenang. Lalu Jibril naik kembali ke langit.
Dalam kejadian tersebut, terkandung pelajaran berharga (‘ibrah) bagi setiap orang yang beriman. Bahwa yang menentukan, sebagaiman sabda Nabi SAW adalah amal akhir dari seseorang. (HR. Bukhari, Tirmidzi, dan Ahmad bin Hanbal).
Karena itu orang beriman seharusnya selalu bertawajjuh (mengarahkan hatinya) kepada Allah SWT. Senatiasa berdoa agar Allah SWT tidak memalingkan hatinya setelah mendapatkan hidayah. Sekaligus mengingat akhirat dan membebaskan diri dari ketergantungan serta kesenangan duniawi yang hina.

Amalan Sederhana Ini Buat 70 Ribu Malaikat Beristigfar dan Mendoakan Kita

Malaikat merupakan salah satu makhluk Allah SWT yang senantiasa beribadah kepada-Nya. Golongan yang diciptakan dari cahaya ini dipercayai memiliki kesucian dan terhindar dari dosa.
Ternyata malaikat kerap mendoakan dan beristigfar untuk manusia. Namun tidak sembarangan, mereka akan memilih manusia yang melakukan amal kebaikan saja. Tidak hanya satu, manusia bahkan bisa mendapatkan doa dari 70 ribu malaikat sekaligus.
Amalan untuk mendatangkan nikmat ini tergolong ringan. Namun keutamaannya tentu sangat besar dibandingkan dengan doa dan istigfar yang dilakukan manusia. Lantas apa amalan sederhana yang membuat 70 ribu malaikat beristigfar dan berdoa untuk manusia?
Ternyata amalan tersebut adalah menjenguk orang yang sakit. Tindakan ini terkesan sederhana, manusia menyisikan sedikit waktunya untuk melihat saudara atau kerabatnya yang sedang sakit. Namun, ternyata hal ini memiliki keutamaan yang sangat besar. Sebanyak 70 ribu malaikat akan mendoakan kebaikannya serta beristigfar dan meminta ampun untuk manusia tersebut.
Tindakan menjenguk orang sakit ini merupakan salah satu bentuk kasih sayang terhadap sesama manusia. Hal ini akan berdampak baik terhadap psikologis orang yang menderita sakit. Sehingga akan menumbuhkan sikap optimis orang yang sakit dan akan berdampak kepada kesembuhan mereka.
“Tidaklah seorang muslim yang menjenguk muslim lainnya di pagi hari kecuali ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga sore hari. Dan jika menjenguknya di sore hari, ada 70 ribu malaikat yang mendoakannya hingga pagi, dan baginya satu kebun di surga.” (HR. Al-Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Tirmidzi).
Siapa jenguk orang sakit di pagi hari, duduk disampingnya menghiburnya, mendoakan kesembuhan untuknya, maka 70 ribu malaikat memintaan ampunan untuknya sampai tiba waktu sore. Amalan ringan tapi memiliki keutamaan yang sangat besar. Ini karena orang tadi menunjukkan sifat rahmat (kasih sayang) kepada sesamanya sehingga Allah juga limpahkan rahmat-Nya kepadanya.
Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda : “Siapa yang mejenguk orang sakit, ia terus dalam naungan rahmat sehingga duduk. Maka apabila ia duduk, ia tenggelam ke dalamnya.” (HR. Ahmad. Dishahihkan Al-Albani dalam al-Silsilah al-Shahihah, no. 2504)
Sifat mulia ini masuk dalam keumuman sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
“Orang-orang yang penyayang niscaya akan disayangi pula oleh ar-Rahman (Allah). Maka sayangilah penduduk bumi niscaya penghuni langit pun akan menyayangi kalian.” (HR. Ahmad)
Doa dan istigfar dari malaikat ini merupakan kasih sayang mereka terhadap manusia. Istighfar para malaikat lebih kuat dikabulkan karena mereka mendoakan dari tempat yang tidak dilihat dan tidak diketahui manusia yang didoakannya. Dan doa semaca ini, dalam hadits shahih, lebih kuat dikabulkan. Ini tidak lain, karena malaikat melihat dosa-dosa yang dilakukan manusia dan mereka juga tahu dampak buruk akibat dari dosa-dosa tersebut. Sehingga istighfar untuk kaum mukminin yang lebih dahulu mereka lakukan, kemudian doa-doa kebaikan untuk mereka.
Hal ini tentu berbeda dengan manusia, yang jarang mendoakan sesamanya, bahkan doa yang terlontar terkadang justru hal-hal buruk yang ditujukan kepada sesaman manusia. Bahkan, terkadang, ada orang yang tega mendoakan keburukan kepada dirinya, istrinya, anaknya, dan hartanya.

Dua Hal yang Membuat Rasulullah Menangis

Apakah Anda tahu bahwa seorang Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, yang kita kenal sebagai panutan Muslim yang sangat hebat, beliau juga menangis?
Pertanyaanya, apa yang membuat beliau menangis? Apa yang sampai membuat air matanya keluar dan dadanya tersesak?
Apakah karena sulitnya kehidupan, tidak ada uang, kehilangan harta, atau pasangan? Apakah sama seperti manusia lainnya yang kebanyakan menangis karena urusan dunia?
Ketahuilah, Rasulullah sallallahu alaihi wasallam menangis karena,

1. Karena kasih sayangnya terhadap umat-Nya. Cintanya Rasulullah kepada umatnya adalah yang paling kuat diantara cinta manusia lainnya. Dan besarnya cintanya terhadap umatnya sampai membuatnya menangis.
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu, ia berkata, “Rasulullah sallallahu alaihi wasllam bersabda kepadaku, ‘Bacakanlah (ayat Alquran) untukku!’ Aku berkata, “Ya Rasulullah, aku membacakannnya kepada engkau sedangkan ia diturunkan kepada engkau?” Beliau bersabda, “Ya.” Maka kemudian aku baca surah An Nisaa sampai pada ayat,
“Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).”(QS. An Nisaa: 41)
Lalu beliau bersabda, “Cukuplah.” Maka aku menoleh kepada beliau ternyata air matanya telah mengalir dari kedua pelupuk matanya.”(HR. Bukhari dan Muslim).

2. Saat sedang shalat menghadap Allah subhanahu wa ta’ala.
Dari Abdullah bin Asy Syahir radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku menyaksikan Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam shalat, sedangkan di dalam dadanya terdapat suara gemuruh seperti gemuruh penggilingan gandum, yang tidak lain adalah suara tangis beliau.”(HR. Abu Dawud)
Ensiklopedia Islam Al Kamil yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At Tuwaijiri

Perbaikilah Istighfarmu, Allah Akan Memudahkanmu!


Hasil gambar untuk bacaan istighfar

Assalamu'alaikum. WR. WB

SUATU ketika datang seseorang kepada Hasan al Bashri. Dia mengadu soal masa paceklik yang menimpa wilayahnya. Sang ulama lantas berkata kepadanya, “Beristighfarlah kepada Allah.”
Selang beberapa saat, datang seseorang lagi. Dia mengeluhkan kemiskinan yang menghimpitnya. Hasan pun berkata yang sama, “Beristighfarlah kepada Allah.”
Datang lagi laki-laki lain yang meminta, “Doakanlah aku, agar Allah memberiku anak.” Lagi-lagi jawaban Hasan tak berubah, “Beristighfarlah kepada Allah.”
Masih ada laki-laki lain yang berkonsultasi. Kali ini dia mengeluhkan kebunnya yang mengalami kekeringan. Jawaban Hasan persis sama “Beristighfarlah kepada Allah.”
Rupanya ada orang yang mangamati peristiwa di atas. Ia merasa heran, ditanya macam-macam jawabannya sama. Ia lantas bertanya kepada Hasan, “Beberapa orang datang kepadamu mengeluhkan berbagai macam, tetapi engkau menyuruh mereka melakukan hal yang sama. Membaca istighfar. Bagamaimana ini?”
Hasan menjawab, “Aku sama sekali tidak mengatakan apapun dari diriku, selain itu firman Allah.” Hasan, sebagaimana dikutip al-Qurthubi dari Ibnu Shabib, lalu menyitir ayat al-Qur`an yang artinya:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً
يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً
وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً
“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS: Nuh {71}: 10-12)
Benar, istighfar artinya meminta ampun. Tentu saja minta ampun terhadap segala dosa. Kita dianjurkan memperbanyak istighfar. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam sendiri senantiasa beristighfar.
Dalam riwayat Muslim, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam tak kurang seratus kali beristighfar tiap hari. Dalam riwayat lain, disebut tujuh puluh kali. Itu Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam, yang sudah dijamin masuk surga. Bagaimana dengan kita?
Mestinya lebih banyak. Manusia adalah tempatnya dosa. Tidak ada manusia tanpa dosa. Kadarnyalah yang berbeda-beda. Tapi dosa kecil maupun dosa besar, sama-sama harus memperbanyak istighfar. Firman Allah yang artinya:
وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah Kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS: An- Nuur: 31).
Tentang dahsyatnya istighfar, dalam Musnah Abu Hanifah disebutkan sebuah riwayat dari Jabir bin Abdullah. Suatu ketika ada seseorang yang datang menemui Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Orang ini berkata, “Wahai Rasulullah, aku sama sekali belum diberi rezeki berupa anak dan aku tidak memiliki anak.”
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam kemudian berkata, “Dimana engekau berbanyak istighfar dan memperbanyak sedekah maka engkau akan diberi rezeki dengan lantaran keduanya.”
Lelaki itu lalu memperbanyak istighfar dan sedekah. Jabir mengatakan bahwa akhirnya laki-laki itu dikaruniai Sembilan anak laki-laki. Masyaallah.
Syaikh ‘Aidh al-Qarni, penulis buku super laris, La Tahzan, dalam sebuah ceramahnya bercerita. Ada seorang mandul tak punya anak. Para dokter sudah angkat tangan. Dan obat-obatan juga sudah tidak mempan lagi. Orang yang mandul itu, lalu bertanya kepada seorang ulama.
Dijawab oleh ulama, “Hendaklah engkau memperbanyak bacaan istighfar di kala subuh dan sore. Sesungguhnya Allah mengatakan perihal orang-orang yang beristighfar ‘Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu (Nuh: 10-12).’
Lelaki itu nurut. Ia memperbanyak istighfar terus menerus. Akhirnya, dengan izin Allah Subhanahu Wata’ala, dia mendapatkan keturunan yang shaleh-shaleh.

4 Perkara Mulia yang Tidak Ada Tandingannya, Segera Terapkan dalam Hidupmu

Apakah kita akan mulia dengan harta? Jabatan? Pangkat? Istri yang cantik? Kalau semua itu menjamin hidup kita akan mulia maka kita bisa melihat Qorun dan Fir'aun tidak diberi siksaan oleh Allah. Ada 4 perkara mulia dalam hidup ini yang tidak ada tandingannya, yang akan mengangkat derajat dan mulia karenanya.

Lidah yang selalu berdzikir. Lidah yang basah dengan memuji Rabb adalah suatu kemuliaan seorang manusia dalam hidupnya. Perkara ini sangat mudah di ucapkan namun berat dalam timbangan pahala dan kebaikan. Keutamaan orang-orang yang berdzikir adalah akan mendapat ridho Allah Ta'ala. Kebaikan yang didapat berkali-kali lipat.

Diri yang sabar menghadapi cobaan. Allah sangat mencintai manusia yang penyabar. Saat di uji oleh sebuah cobaan, ia akan selalu tawakkal dan menerima semuanya dengan lapang dada. Karena ia yakin bahwa semua itu tak terlepas dari kehendak-Nya. Perlu kita ketahui hasil dari kesabaran itu lebih manis dari madu walaupun sebenarnya sabar itu rasanya sangat pahit. Juga setiap musibah adalah penghapus dosa dan akan menjadi tambahan kebaikan di sisi-Nya.

Hati yang selalu bersyukur. Jiwa akan tenang bila setiap waktu kita selalu bersyukur atas segala sesuatu yang telah diberikan oleh-Nya. Menerima apa yang sudah menjadi ketentuan-Nya. Bersyukur dengan hati menjadikannya senantiasa menjaga hati dari sifat buruk seperti hasad, dengki, sombong dan ingin dipuji.

Istri yang mau dinikahi bukan karena takut cela atau mengharapkan harta. Sifat ini amatlah mulia di sisi Allah, apalagi bila menikah dengan seseorang dengan tidak mengharapkan suatu materi namun mengharapkan ridho Allah karena menikah adalah sebuah bentuk ibadah yang harus dipenuhi setiap hamba. Mencari suami yang taat beragama, akhlaknya baik kepada siapapun, punya sifat penyayang dan yang terlihat selalu melakukan kebaikan dalam hidupnya. Maka hidup mereka berdua akan bahagia.
Alangkah mulianya diri kita jika dalam hidup selalu melakukan keempat perkara mulia ini. Segera terapkan dalam hidupmu, kawan. Segera.

Kisah Suami Istri yang Diabadikan dalam Surah Al-Insan

Ada sebuah kisah yang sangat menyentuh jiwa dan sangat sulit dipercaya bagi banyak orang yang menjadi korban materialisme hingga mendominasi seluruh dimensi kehidupannya. Kisah ini disinggung dalam surah Al-Insan. Para musafir umumnya sepakat bahwa ayat-ayat tersebut turun berkaitan dengan Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib dan istrinya, Fatimah az-Zhara.
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman ) yang campurannya adalah air kafur yaitu mata air (dalam surga ) yang dari padanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan(azab ) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.” (Surah Al-Insan:5-10)
Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran, bahwa saat masih kecil, Al-Hasan dan Al-Husain, kedua putra Imam Ali bin Abi Thalib jatuh sakit. Tatkala penyakit keduanya semakin parah, Imam Ali dan Sayyidah Fathimah bernazar; apabila kedua putranya sembuh, mereka akan berpuasa selama tiga hari.
Meskipun memiliki kedudukan istimewa dalam Islam, pasangan suami istri ini, hidup serba kekurangan. Suatu hari, Imam Ali mendatangi rumah seorang Yahudi untuk meminjam tiga sha’ gandum. Orang Yahudi itu berkata, “Aku akan memberikan apa yang kamu inginkan dengan syarat kamu memintal wol ini.”
Imam Ali yang kebetulan pandai memintal wol, menerima syarat itu. Lalu beliau membawa gandum tersebut dan memberikannya kepada Sayyidah Fathimah. Kemudian Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang memberikan kesembuhan kepada kedua putranya. Imam Ali dan Sayyidah Fathimah pun akhirnya menepati nazarnya berpuasa selama tiga hari.
Pada hari pertama, Sayyidah Fathimah menggiling satu sha’ gandum untuk membuat roti. Sembari menunggu saat berbuka, mereka meletakkan beberapa potong roti beserta garam dan cuka di hadapannya. Saat terdengar suara Bilal bin Rabah mengumandangkan azan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk seseorang. Imam Ali membukanya dan menjumpai seorang lelaki renta miskin meminta sedekah.
Lelaki itu berkata, “Aku dan istriku sangat kelaparan dan kesakitan”. Mendengar perkataan lelaki renta miskin itu, Sayyidah Fathimah merasa iba sehingga tanpa terasa kedua matanya meneteskan air mata. Suami istri itu segera memberikan roti mereka kepada lelaki renta tersebut. Ia berterima kasih dan mendoakan mereka berdua.
Mereka melakukan semua itu bukan untuk mengharap ucapan terima kasih, namun semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Maka, pada hari itu mereka berbuka hanya dengan air putih. Setelah berbuka, mereka menunaikan shalat Maghrib dan bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya.
Pada hari berikutnya, mereka menggiling satu sha’ gandum dan mengolahnya menjadi roti. Menjelang Maghrib, seorang anak yatim datang ke rumah mereka meminta makanan untuknya dan saudara-saudaranya yang masih kecil. Imam Ali dan Sayyidah Fathimah pun memberikan makanan yang ada. Pada hari kedua ini, mereka kembali berbuka hanya dengan air putih.
Untuk melengkapi nazarnya, mereka berpuasa pada hari ketiga. Tiba-tiba seorang tawanan mengetuk pintu rumahnya meminta sedekah. Mereka pun melakukan hal yang sama dengan dua hari sebelumnya. Tentu saja, mereka menjadi lemah karena sangat lapar.
Pada hari keempat, mereka berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Melihat kondisi mereka (Ali, Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain) sangat lemah,Nabi SAW menangis. Saat itulah Malaikat Jibril menurunkan surah Al-Insan.
Meskipun diturunkan berkenaan dengan Imam Ali dan Sayyidah Fathimah, ayat-ayat tersebut ditujukan kepada semua kaum beriman supaya meneladani mereka. Sifat tamak terhadap materi duniawi adalah penyakit setan. Semoga Allah SWT melindungi kaum beriman dari setan, sesungghnya Dia Maha Mendengar lagi Mengabulkan.