loading...

Saturday 3 November 2018

Belum Pernah Rasulullah Semarah Ini, Emosi pada Siapa ya?





Apakah benar Rasulullah pernah marah? Beliau adalah pribadi dengan kesabaran luar biasa. Gelar ulul azmi sebagai bukti nyatanya. Beliau tidak marah karena pribadinya dizalimi. Ummul mukminin Aisyah radliallahu ‘anha pernah bertanya kepada Nabi “Apakah engkau menghadapi suatu hari yang lebih berat daripada hari Uhud?”

Hari Uhud adalah saat Rasulullah terluka. Wajah beliau yang mulia luka karena hantaman pedang yang membuat helm perangnya bengkok menusuk wajah. Dan gigi beliau patah karena serangan itu. Nyawa beliau terancam. Dan sahabat-sahabatnya gugur di medan perang.

Namun beliau menjawab pertanyaan Aisyah dengan menyatakan ada yang lebih berat di banding hari Uhud. Kata beliau “Aku telah mengalami penderitaan dari kaummu. Penderitaan paling berat yang aku rasakan, yaitu saat di Aqabah…”.

Yakni saat beliau berdakwah ke Thaif. Mengajak penduduk Thaif untuk memeluk Islam. Namun dibalas dengan cara yang hina. Mereka mengeluarkan anak-anak dan budak-budak untuk melempari Nabi dengan batu. Hingga beliau pingsan menahan luka. Setelah tersadar, beliau ditawari malaikat penjaga gunung, kalau mau membalas. Namun beliau tidak marah. Malah berharap kebaikan untuk penduduk Thaif.

Nabi menjawab, “Bahkan aku berharap kelak Allah memunculkan dari tulang rusuk mereka orang-orang yang menyembah Allah…,”. Kalau derita berat ini tidak membuat beliau marah, tentu yang membuat beliau mara adalah sesuatu yang lebih besar dari peristiwa ini. Subhanalalah sungguh mulia hati beliau. Lantas apakah yang membuat marah beliau?

 “Pada hari ke-4 atau ke-5 Dzul Hijjah, Rasulullah datang menemui Aisyah dalam keadaan marah. Aisyah berkata, ‘Siapa yang membuatmu marah wahai Rasulullah? Semoga Allah memasukkannya ke neraka’. Beliau menjawab, ‘Apakah pendapatmu ketika aku memerintahkan orang-orang dengan suatu perintah, lalu mereka bimbang (ragu dalam melaksanakannya?). Peristiwa ini terjadi pada haji wada’ tahun 10 H.

Aisyah radhiallahu ‘anha kala itu tidak mengetahui apa yang menyebabkan Rasulullah marah. Namun serta merta Aisyah mendoakan orang yang membuat beliau marah dengan masuk neraka. Bagaimana respon Rasulullah? Beliau sama sekali tidak mengoreksi ucapan Aisyah. Artinya apa yang diucapkan Aisyah adalah benar. Orang yang membuat Nabi marah akan masuk neraka jika tidak bertaubat.

Penyebab beliau marah adalah orang-orang meragukan apa yang beliau perintahkan. Nabi tidak mengatakan mereka mengingkari, memaksiati, dan membantah perintahku. Tapi beliau katakana mereka ragu dalam mengamalkannya.

Jika saja Rasulullah saat ini diutus kepada kita, betapa banyak kita yang terancam masuk neraka karena meragukan perintahnya. Bahkan bukan lagi ragu, sebagian ada yang malah menentangnya. Nabi katakan jilbab wajib bagi muslimah, adapula yang menentang bahwa itu tidaklah wajib. Rasulullah perintahkan sesuatu, sebagian orang mencari-cari tafsiran yang sesuai hawa nafsunya. Yang sesuai kepentingan dunianya.


Meragukan atau bahkan menentang perintah beliau lebih besar keburukannya dibanding derita fisik yang beliau rasakan. Beliau dilempari penduduk Thaif dengan batu, namun beliau tidak marah malah mendoakan kebaikan. Namun ketika umat Islam sendiri meragukan perintah beliau, maka beliau marah. Marah karena baginda tidak ingin ada ummatnya yang kekal di neraka.

Sahabat, musibah duniawi itu jauh lebih ringan dibanding musibah agama berupa mengingkari perintah Allah dan Rasul-Nya. Sedikit menyinggung tentang pemimpin non muslim, banyak orang yang mendustakan dan membantah, bukan hanya perintah Rasulullah, tapi perintah Allah yang jelas tertera dalam Alquran. Mari kita berbaik sangka kepada Allah Apa yang Allah tetapkan adalah keadilan dan kemaslahatan untuk manusia.

No comments:

Post a Comment